131 Tahun Museum Radya Pustaka Solo Hadirkan Pentas Wayang Gedog
Eva Pardiana - Kamis, 28 Oktober 2021 16:04SOLO – Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah melalui Dinas Kebudayaan UPT Museum Radya Pustaka menggelar pentas seni wayang gedog atau wayang kulit dalam rangka hari jadi Museum Radyapustaka yang ke-131.
Pertunjukan wayang gedog bersama dalang Ki Suluh Juni Arsah dengan lakon 'Sayembara Pandansurat' tersebut akan digelar Kamis 28 Oktober 2021 pukul 19.00 waktu setempat di Halaman Museum Radya Pustaka, Jalan Slamet Riyadi, Kota Solo.
"Acara ini merupakan event tahunan Hari Jadi Museum Radya Pustaka, melalui UPT Museum Radya Pustaka Dinas Kebudayaan bekerjasama dengan dalan/seniman Kota Surakarta. Tahun ini menyajikan pementasan seni wayang gedog dengan lakon Sayembara Pandansurat," kata Lutfhi Khamid, Kepala UPT Museum Radya Pustaka, Kamis (28/10/2021).
- Menuju HUT ke-126, BRI Komitmen Berikan Kontribusi Positif untuk Indonesia
- Wah, PGN Boyong 5 Penghargaan The Best Contact Center Indonesia 2021
- Dorong Transformasi Digital, OJK Sasar Masyarakat Unbankable dan UMKM
Wayang gedog merupakan pertunjukan wayang kulit yang sudah langka. Padahal dahulu wayang gedog kerap dipentaskan di berbagai acara.
Wayang gedog adalah jenis pementasan wayang kulit yang tidak mengisahkan cerita Ramayana atau Mahabarata, tapi mengambil cerita Kisah Raden Panji, hingga wayang gedong sering disebut juga wayang Panji.
Cerita wayang gedog yang bersumber pada cerita Panji muncul pada zaman Kerajaan Kediri dan Majapahit hingga dalam pertunjukannya juga menampilkan kerajaan-kerajaan yang menjadi latar belakang pemerannya antara lain Jenggala, Singasari dan Kediri atau Daha. Istilah Panji sebagai gelar ksatria dan raja muncul pada zaman pemerintahan Jayabaya di Kediri pada abad XI.
- Seru! Selain Menghibur Film Nussa Banjir Nilai Edukasi Untuk Anak dan Orang Tua
- Nasabah BCA, Segera Ganti Kartu ATM ke Chip! Batas Akhir 30 November
- Lengkung Langit Dua, Wisata Alam Seru Buat Jalan Sore dan Swafoto
Bentuk wayangnya hampir sama dengan wayang purwa. Yang khas, tokoh-tokoh kesatria selalu memakai tekes dan rapekan. Untuk tokoh rajanya memakai garuda mungkur dan gelung keling.
Pementasan ini akan disiarkan secara langsung sehingga dapat menjangkau para pecinta seni wayang baik lokal, nasional, maupun internasional secara virtual.
Keanekaragaman seni budaya yang dimiliki oleh Kota Surakarta merupakan kekayaan yang menjadi unsur pendukung Kota Surakarta sebagai Kota Budaya, bahkan telah menjadi komoditas yang memberikan manfaat ekonomi dan pengembangan kreativitas bagi berbagai unsur masyarakat kota.
Bristian Agus Ariyanto, Ketua Panitia event ini menambahkan dalam rangkaian peringatan HUT ke-131 Museum Radya Pustaka juga akan dilaksanakan ziarah ke makam pendiri Museum Radya Pustaka yang ada di Imogiri, Yogyakarta.
"Pertunjukan budaya pagelaran wayang kulit gedog yang sudah langka ini kita angkat kembali untuk lebih dikenalkannya pertunjukan tradisional kepada generasi muda dan masyarakat umum," ujar Bristian.
Merujuk pada ragam potensi seni budaya di Kota Surakarta, UPT Museum Dinas Kebudayaan memandang perlu dan penting menggelar kegiatan yang berpihak pada ragam kearifan lokal dan dapat menjadi wadah apresiasi, tidak hanya bagi pelaku maupun penikmat seni budaya, melainkan pada segenap lapisan warga masyarakat kota. (*)