Pilihan Saham Menarik di Tengah Lonjakan Inflasi dan Suku Bunga Global

2022-07-13T08:25:56.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Yunike Purnama

Ilustrasi logo Bursa Efek Indonesia (BEI)
Ilustrasi logo Bursa Efek Indonesia (BEI)

BANDARLAMPUNG - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi perekonomian nasional dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bertahan di tengah ancaman inflasi yang melambung serta rezim pengetatan moneter yang mengarah pada tren penaikan suku bunga global.

"Perekonomian nasional dan pasar saham masih akan bertahan di tengah kenaikan inflasi dan penaikan suku bunga oleh bank sentral negara-negara di dunia," kata Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Hariyanto Wijaya, dalam acara Media Day Mirae Asset Sekuritas, Selasa, 12 Juli 2022.

Dengan memperhatikan sentimen tersebut, Tim Riset Mirae Asset Sekuritas memasukkan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) ke stock picks Juli dengan prediksi IHSG pada akhir tahun pada level 7.400.

Hariyanto mengatakan level 7.400 adalah skenario dasar IHSG (base scenario). Sedangkan skenario optimistis (bullish scenario) untuk IHSG hingga akhir tahun adalah 7.800 dan skenario pesimistis (bear scenario) adalah 6.100.

Menurut Hariyanto, ekonomi Indonesia akan mampu bertahan di tengah guncangan ekonomi global karena fundamental Indonesia masih sangat baik sehingga IHSG tidak akan banyak terbebani oleh koreksi pasar saham AS yang sedang dalam tren koreksi (bearish).

Selain ICBP dan UNVR, beberapa saham lainnya yang bisa menjadi pilihan adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT United Tractor Tbk (UNTR), PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), dan PT Indofood Sukses Makmur (INDF).

Pada kesempatan yang sama, Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto menilai suku bunga bank-bank sentral di dunia akan terpacu oleh aksi bank sentral AS yang sudah menaikkan suku bunga acuannya yaitu Fed Fund Rate (FFR) sebanyak tiga kali. Sepanjang tahun, The Fed sudah menaikkan FFR sebanyak 150 basis poin (bps).

"Tahun ini, kami memprediksi suku bunga FFR akan dinaikkan hingga 3,4 persen, sejalan dengan prediksi pelaku pasar global," kata Rully.

Selain itu, tahun depan Rully memprediksi akan ada resesi di AS sebagai dampak dari pengetatan moneternya tahun ini. Sementara di Indonesia, menurut Rully, kondisi perekonomian masih akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. (*)