Penyaluran kredit perbankan
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat penyaluran kredit perbankan tumbuh 10,64% yoy pada Februari 2023. Nilai tersebut naik dibandingkan dengan pertumbuhan kredit bulan sebelumnya sebesar 10,53% yoy.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan kredit yang tinggi ini didorong oleh tersedianya sisi penawaran sejalan dengan kondisi likuiditas yang memadai dan standar penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan yang longgar.
"Dari sisi permintaan, kenaikan kredit atau pembiayaan ditopang oleh permintaan korporasi termasuk UMKM dan konsumsi rumah tangga yang terus membaik," ujarnya dalam Rapat Dewan Gubernur BI Bulan Maret 2023 pada Kamis, 16 Maret 2023.
Perry mengatakan, peningkatan kredit atau pembiayaan juga didukung insentif makroprudensial berupa pengurangan Giro Wajib Minimum (GWM) bagi bank yang menyalurkan kredit kepada sektor prioritas dan inklusif.
"Bank Indonesia akan terus mendorong perbankan untuk meningkatkan intermediasi guna mendukung pemulihan ekonomi," ucapnya.
Pertumbuhan kredit per Februari 2023 kembali naik pada seluruh sektor. Pembiayaan pada perbankan syariah juga tumbuh lebih tinggi mencapai 20,13% yoy. Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit juga terus berlanjut, khususnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah mencapai Rp 5,87 triliun hingga Februari 2023.
Permodalan perbankan juga tetap kuat dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 25,88% pada Januari 2023. Risiko kredit juga terkendali, tecermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) berada pada level 2,59% (bruto) dan 0,76% (neto) pada Januari 2023.
Selain itu, likuiditas perbankan juga terjaga didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,18% yoy. Berbagai kondisi tersebut menopang ketahanan perbankan Indonesia sehingga diprakirakan kinerjanya tidak terdampak langsung oleh dinamika penutupan tiga bank di Amerika Serikat (AS).
"Hasil stress test BI juga menunjukkan ketahanan perbankan Indonesia yang kuat. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi dengan KSSK dalam memitigasi berbagai risiko makroekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan," pungkasnya.(*)