Ekonomi Asia Pasifik Pulih, Waktunya Investasi Reksa Dana Saham

2023-09-17T09:57:59.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai pasar saham di kawasan Asia Pasifik ex Jepang (Asia Pasifik tidak termasuk Jepang) memiliki potensi pertumbuhan yang menarik
PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai pasar saham di kawasan Asia Pasifik ex Jepang (Asia Pasifik tidak termasuk Jepang) memiliki potensi pertumbuhan yang menarik

JAKARTA - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai pasar saham di kawasan Asia Pasifik ex Jepang (Asia Pasifik tidak termasuk Jepang) memiliki potensi pertumbuhan yang menarik seiring berlangsungnya pemulihan ekonomi di kawasan ini.

Inflasi yang terkendali, terbukanya peluang pemangkasan suku bunga oleh bank sentral di negara-negara Asia, serta berbagai kebijakan pemerintah yang tepat sasaran mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan ini.

Dr. Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist MAMI mengatakan, “Dibandingkan Amerika Serikat (AS) dan Eropa, inflasi di Asia tidak terlalu intens. Dalam empat tahun terakhir, sejak akhir Juni 2019 hingga akhir Juni 2023, inflasi di AS dan Eropa meningkat jauh di atas tren sebelum pandemi, yaitu dari 2,1% ke 5,3% dan dari 1,3% ke 5,4% secara berurutan. Sedangkan inflasi di Asia masih dalam tren yang sama dengan masa sebelum pandemi, terkini angkanya sedikit di atas 2%. Inflasi inti di semua negara kawasan Asia juga terlihat menurun, kecuali Jepang.”

Lebih lanjut Katarina mengatakan bahwa walaupun inflasi global telah mencapai puncaknya, namun terlalu prematur untuk mengharapkan penurunan suku bunga global di tahun 2023, karena inflasi inti masih tetap tinggi.

Samuel Kesuma, CFA - Senior Portfolio Manager, Equity MAMI mengatakan, “Reksa dana saham offshore dengan exposure di kawasan Asia Pasifik memiliki potensi pertumbuhan yang menarik. Saat ini, saham-saham di Asia Pasifik ex Jepang diperdagangkan dengan valuasi yang lebih menarik dibandingkan saham-saham di negara maju. Sebagai gambaran, rasio PE (Price Earning) indeks MSCI Asia Pasifik ex Jepang lebih murah 20% dibandingkan kawasan negara maju.”

Baru-baru ini Morgan Stanley menurunkan peringkat saham-saham Cina karena masalah perlambatan ekonomi dan kegagalan sektoral, sehingga saat ini indeks MSCI Cina diperdagangkan di bawah rata-rata perkiraan PE 10 tahun. Merespon masalah di atas, pemerintah Cina mengeluarkan enam kebijakan yang spesifik dan ditargetkan untuk tepat sasaran untuk mendorong pertumbuhan ekonominya.

Samuel menguraikan enam kebijakan tersebut berserta pandangan MAMI, “Pertama, kebijakan meningkatkan permintaan dalam negeri dengan fokus pada pemulihan dan peningkatan konsumsi. Menurut kami, perbaikan di sektor jasa akan terus mendorong pemulihan ekonomi, terutama dimulai pada industri perjalanan wisata, perhotelan, dan pakaian olahraga. Kedua, kebijakan memperpanjang masa pengurangan dan pembebasan pajak kendaraan energi baru (NEV) hingga tahun 2027. (*)