The Fed Naikkan Suku Bunga 75 Bps ke 4 Persen
Yunike Purnama - Kamis, 03 November 2022 10:21AS - Bank sentral AS atau Federal Reserve AS (The Fed) menaikkan suku bunga tiga perempat poin keempat berturut-turut, di tengah inflasi terburuk dalam empat dekade.
The Fed menaikkan suku bunga pinjaman jangka pendek sebesar 75 basis poin (BPS) ke kisaran 3,75 hingga 4,00 persen, level tertinggi sejak Januari 2008.
Ini adalah kenaikan suku bunga keenam oleh Federal Reserve pada tahun 2022 dan kenaikan 0,75 poin persentase keempat berturut-turut.
- Pemkot Bandar Lampung Belum Tetapkan Besaran Kenaikan UMK Tahun 2023
- BI Alokasikan 5 Persen Cadangan Devisa untuk Obligasi Berkelanjutan
- Cek Harga Emas Antam di Pegadaian Kamis, 3 November 2022
Bank sentral akan "memperhitungkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, kelambatan yang mempengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi, dan perkembangan ekonomi dan keuangan," menurut sebuah pernyataan.
Kenaikan suku bunga diperkirakan akan mengurangi dompet konsumen, membuatnya lebih mahal bagi orang Amerika untuk melunasi utang atau mendapatkan hipotek (KPR).
Indeks harga konsumen yang diamati secara luas menunjukkan pada September bahwa inflasi turun sedikit menjadi 8,2 persen pada skala tahunan, tetapi naik sebesar 0,4 persen pada bulan ke bulan.
Seruan dari anggota parlemen meningkat agar bank sentral menghentikan kenaikan suku bunga acuan, karena para kritikus khawatir hal itu dapat memicu ekonomi AS ke dalam resesi.
- Puncak BIK 2022 Lampung, Sukses Ciptakan Kolaborasi Perkuat Keuangan Inklusif
- Pupuk Indonesia: Stok Pupuk Bersubsidi di Lampung Capai 29.144 Ton
- Dukung BIK, Asuransi Astra Tawarkan Beragam Perlindungan di FinExpo 2022
Tetapi The Fed belum memberikan indikasi bahwa pihaknya akan berbalik arah, karena tujuan bank sentral adalah untuk menarik inflasi kembali ke target 2,0 persen, sekalipun upaya itu memicu resesi.
Sementara itu, pasar tenaga kerja tetap kuat. Lowongan pekerjaan berlimpah dan pengangguran rendah. Tetapi para ekonom memprediksi kemungkinan resesi tahun depan, terutama jika bank sentral terus menaikkan suku bunga dengan kecepatan yang agresif. (*)