Survei: Ancaman Inflasi Pengaruhi Pola Konsumsi Masyarakat
Yunike Purnama - Jumat, 02 September 2022 13:52JAKARTA - Hasil survei Ipsos SEA Ahead gelombang keenam mengungkapkan, 71% masyarakat Asia Tenggara mengakui situasi Covid-19 di negara mereka sudah terkendali dan percaya pandemi telah menjadi endemi. Kekhawatiran masyarakat terhadap situasi pandemi telah mereda.
Pada laporan yang sama terlihat keuangan personal (22%) dan inflasi (21%) menjadi kekhawatiran terbesar masyarakat Asia Tenggara saat ini. Hal ini selaras dengan hasil survey Ipsos Global Advisor-What Worries The World yang menunjukkan inflasi menjadi kekhawatiran berbesar masyarakat dunia saat ini (39%), sedangkan Covid-19 berada diurutan kesembilan (16%).
SEA Ahead merupakan rangkaian survei Ipsos untuk memahami perkembangan opini dan perilaku konsumsi masyarakat di Asia Tenggara selama pandemi. Survei ini merupakan survei gelombang keenam yang diadakan secara online dengan melibatkan total 3.000 responden untuk Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina, selama bulan Mei dan Juni 2022.
- Lima Daftar Orang Kaya Dunia 2022 Versi Bloomberg
- KSEI: Kondisi Pandemi Kinerja Pasar Modal Indonesia Justru Meningkat Tajam
- Akumulasi Pinjaman P2P Lending Capai Rp416,86 Triliun
Sedangkan Ipsos Global Advisor - What Worries The World merupakan survey berskala global yang mencakup 28 negara di dunia, termasuk Indonesia di antaranya, dengan melibatkan total 19.508 responden, selama Juli dan Agustus 2022.
Pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi terus dibayangi oleh kekhawatiran masyarakat terhadap inflasi. Dalam laporan Ipsos Global Advisor-What Worries The World, 67% masyarakat dunia pesimistis dengan situasi ekonomi negaranya. Namun berbeda dengan masyarakat Indonesia, yang mayoritas atau sebanyak 61% menyatakan situasi ekonomi nasional saat ini baik.
Secara peringkat Indonesia berada pada peringkat ketiga tertinggi dibandingkan negara lainnya, setelah Arab pada peringkat pertama (97%) dan India peringkat kedua (78%). Terlebih lagi pada laporan yang sama diketahui bahwa tingkat kekhwatiran masyarakat Indonesia terhadap inflasi terendah (19%) dibandingkan 27 negara lainnya.
Pada laporan Ipsos SEA Ahead gelombang ke-6, diketahui rata-rata (54%) masyarakat Asia Tenggara mengaku optimistis akan ekonomi nasional negaranya akan lebih kuat dalam 6 bulan ke depan. Indonesia sendiri, optimisme masyarakatnya (77%) berada pada peringkat tertinggi dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya.
“Meskipun inflasi dan ekonomi global yang tak menentu, tetapi dari hasil kedua survei yang dilakukan Ipsos, baik SEA Ahead maupun Global Advisor, keduanya secara konsisten menunjukkan adanya sentimen positif masyarakat terhadap iklim ekonomi nasional saat ini dan ke depannya. Tinggnya optimisme masyarakat ini sangat berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi dan konsumsi masyarakat itu sendiri,” ujar Soeprapto Tan, Managing Director Ipsos in Indonesia.
Pada laporan SEA Ahead gelombang 6 ini, terlihat dampak gelombang inflasi global tak terelakkan dan turut berdampak pada negara-negara Asia Tenggara. Mayoritas (96%) konsumen Asia Tenggara mengatakan kenaikan harga memiliki dampak signifikan pada kehidupan mereka.
Di Indonesia, 46% konsumen mengatakan bahwa mereka “sangat terpengaruh” oleh kenaikan harga. Kategori produk yang dirasakan mayoritas konsumen Indonesia mengalami kenaikan harga signifikan, yaitu makanan (87%), gas (68%), dan minuman (52%).
Meskipun demikian, mereka terus melakukan pembelian untuk kebutuhan pokok seperti; makanan, produk pembersih, dan produk perawatan pribadi. Sedangkan, pada pengeluaran sekunder/kesenangan, seperti perjalanan domestik maupun internasional, kegiatan-kegiatan kebudayaan, dan lainnya, konsumen mulai melakukan penghematan.
Selain itu, sebagian besar (40%) konsumen masih ragu-ragu untuk melakukan pembelaan dalam jumlah besar atau big ticket purchase, seperti rumah dan mobil.
“Kenaikan harga barang-barang rumah tangga, seperti makanan, gas, dan minuman, akibat inflasi mulai mempengaruhi daya beli konsumen. Meskipun kita lihat optimisme masyarakat Indonesia terhadap ekonomi nasional positif, namun mereka akan lebih kritis dan berhati-hati dalam berbelanja dan memilih produk,” tambah Soeprapto Tan.
Mayoritas konsumen masih memilih lebih banyak berbelanja online, meskipun di antara mereka sudah berbelanja secara offline, baik di supermarket, minimarket, maupun pasar dan toko konvensional seminggu sekali atau lebih. Khususnya konsumen Indonesia (59%) yang mengaku lebih sering berbelanja online saat ini dibandingkan dengan 6 bulan lalu.
Kategori produk yang banyak dibeli konsumen Indonesia secara online yaitu fesyen dan pakaian olahraga (75%), top up saldo e-wallet maupun pembayaran tagihan (70%), serta makanan dan minuman (55%). Lebih rinci, gen Z dan milenial lebih sering menggunakan jasa layanan antar-pesan dan pembayaran digital dibandingkan gen X.
“Dengan sebagian besar Asia Tenggara bertransisi ke fase endemik Covid-19 dan mengatasi inflasi, semakin penting bagi para pemimpin untuk melatih ketahanan dan pandangan ke depan jangka panjang untuk beradaptasi terhadap perubahan yang cepat dan kompleks. Di tengah ketidakpastian, jalan ke depan perlu menentukan apa yang tepat untuk konsumen Anda, menyeimbangkan keuntungan jangka pendek dan risiko jangka panjang, dan yang paling penting, membangun empati Anda untuk menciptakan hubungan nyata dengan konsumen serta mengambil tindakan yang relevan,” ujar Soeprapto Tan.
Asia Tenggara telah mengalami larangan atau pembatasan bahkan lock down yang ketat dan panjang, tingkat vaksinasi yang rendah, dan rantai pasokan yang terganggu selama dua tahun terakhir. Namun kini, masyarakat Asia Tenggara lebih bersemangat untuk bersosialisasi dengan meningkatnya jumlah vaksinasi dan kembali melambungnya pariwisata.
- KAI Rencana Ganti Kursi Tegak Kelas Ekonomi
- Pertamina Patra Niaga Sumbagsel Catat Konsumsi BBM Subsidi di Lampung Naik
- Mulai 30 Agustus 2022, Pelanggan KA Rajabasa dan Kualastabas Wajib Vaksin Booster
Dari hasil survei SEA Ahead gelombang ke-6, mayoritas masyarakat Asia Tenggara menyatakan percaya diri untuk bersantap di restoran (74%), mengunjungi keluarga/teman (77%), dan berpartisipasi dalam pertemuan/acara budaya (77%).
Sementara sebagian besar masyarakat mulai kembali ke cara pra-pandemi mereka, beberapa perilaku yang diadopsi selama pandemi tetap ada termasuk menjadi lebih sadar akan kesehatan.
Di seluruh Asia Tenggara (87%) secara proaktif mengelola kesehatan dan kebugaran mereka melalui pilihan makanan dan minuman, sementara 85% membeli produk yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental mereka. (*)