Penyebab Kedelai Impor Lebih Diminati Pengrajin Tahu dan Tempe
Yunike Purnama - Selasa, 22 Februari 2022 16:23JAKARTA - Penyebab kedelai impor lebih diminati pengrajin tahu tempe. Salah satunya adalah kualitas kedelai.
Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) mengupayakan perbaikan standarisasi kualitas kedelai lokal agar bisa diterima dan digunakan oleh produsen tahu dan tempe, seiring upaya peningkatan produksi dengan target 1 juta ton yang sedang dilakukan.
Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementerian Pertanian Yuris Tiyanto mengakui bahwa kualitas kedelai lokal tidak terstandarisasi dengan baik dan memiliki kualitas yang berbeda-beda.
- Telkomsel Kembangkan Platform 99% Usahaku, Hadirkan Fitur Pemasokku
- Terjerat Pinjol Ilegal? Lakukan Cara Ini!
- Peningkatan Konsumsi Dongkrak Pendapatan PLN Januari 2020 Jadi Rp25,13 T
"Kalau bicara kualitas, memang kita akui petani itu modalnya kurang, dampaknya dia menjual masih hijau, cepat-cepat, hasil panennya kedelai masih hijau sudah dijual sehingga kalau dipanen itu kan campur antara kuning dan hijau, itu tidak disukai oleh produsen tempe," kata Yuris, Selasa (22/2/2022).
Namun dia mengatakan Kementerian Pertanian pada tahun ini mulai memperbaiki standarisasi kualitas kedelai dan juga proses pascapanen, beriringan dengan peningkatan produksi dengan target 1 juta ton untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri.
"Kita sudah coba dengan tahun ini, mencoba pascapanen yang lebih bagus. Dengan kita bantu dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) petani tidak tergantung pada panen yang masih hijau sudah diambil, sehingga hasil panennya bisa optimal. Ditambah proses pasca panen bagus insya Allah nanti pedagang tempe akan puas," katanya.
Yuris juga mengungkapkan alasan produsen tahu dan tempe tidak melirik kedelai lokal, selain kualitas standarisasi yang lebih rendah dibandingkan kedelai impor, harga kedelai lokal juga lebih tinggi.
Dia mengatakan bahwa petani tidak bisa menjual kedelai dengan harga yang lebih rendah karena sudah sesuai dengan harga acuan produsen yaitu Rp8.500 per kg.
"Kedelai impor itu harganya dulu di bawah Rp8.500, pada posisi sekarang kedelai impor kan susah nih karena kedelai Brasil dan Amerika diborong China, dampaknya ke Indonesia berkurang. Di sisi lain di Indonesia kedelai lokalnya sudah sampai seharga sekarang ini di Rp9.000 sampai Rp10.000, nah mereka tidak kuat, kira-kira begitu," kata Yuris.
"Tahun 1992 itu kita pernah swasembada kedelai, tapi sekarang menurun drastis. Karena terus terang petani kita dengan kondisi harga jual yang rendah ini beralih ke komoditas lain, sekarang ini komoditas kedelai baru bagus," kata dia.
- Lima Daerah Lampung Masuk PPKM Level 3, Simak Aturan Lengkapnya
- Diklat Kepemimpinan FKPPIB Lampung Bangkitkan Semangat Milenial Berkarya
- Aturan Baru, Kartu BPJS Kesehatan Jadi Syarat Jual Beli Rumah
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi kedelai Indonesia pada tahun 2021 hanya 200 ribu ton. Sementara permintaan kedelai untuk memproduksi tahu tempe sekitar 1 juta ton per tahun.
Pada tahun 2022 Kementerian Pertanian menargetkan produksi 1 juta ton kedelai di atas lahan seluas 650 ribu hektare. Kementerian Pertanian telah memberikan bantuan lahan seluas 52 ribu hektare kepada petani untuk ditanami kedelai, sementara 598 ribu hektare sisanya akan dibiayai melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).(*)