OJK Ungkap Sinyal Dibalik Kenaikan Harga BBM

Yunike Purnama - Senin, 05 September 2022 18:55
OJK Ungkap Sinyal Dibalik Kenaikan Harga BBMKetua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar. (sumber: Tangkapan layar )

JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar optimistis bahwa kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia, tidak akan memengaruhi perekonomian nasional ekonomi Indonesia.

Dia pun menegaskan, ekonomi RI pun masih akan tetap kuat di atas lima persen pada 2022. Meski, kenaikan harga BBM pasti akan memengaruhi inflasi tahun ini.

"Kenaikan harga BBM justru memberi sinyal bahwa peningkatan untuk memenuhi kebutuhan permintaan di Indonesia dapat direspons dengan meningkatnya investasi dan pada gilirannya produksi dan pasokan dari berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan," kata Mahendra dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 5 September 2022.

Guna mendorong perekonomian, dia berharap perbankan maupun keseluruhan lembaga pembiayaan dapat merespons dengan segera menyalurkan fungsi intermediasi kepada sektor riil. Khususnya yang membutuhkan pembiayaan maupun kredit, agar dapat meningkatkan produksinya maupun melakukan investasi.

Mahendra menjelaskan, kenaikan harga BBM merupakan respons yang ditunggu dari Pemerintah untuk menghadapi kondisi defisit anggaran. Hal tersebut menjadi konsekuensi tersendiri lantaran adanya kenaikan harga minyak dunia beberapa waktu belakangan.

Dia menjelaskan, apabila kondisi ketidakpastian global yang terus berlanjut tidak direspons dengan sesuai. Maka akan memunculkan risiko yang dapat memengaruhi kepercayaan terhadap kondisi ekonomi Indonesia maupun pengelolaan fiskal yang berkelanjutan.

Karenanya, lanjut dia, naiknya harga BBM justru memberi kejelasan mengenai posisi dan kebijakan yang diambil Pemerintah untuk tetap menjalankan kebijakan fiskal. Yang, lebih berkelanjutan, sekali pun ketidakpastian terhadap harga minyak terus berlangsung.

"Hal itu yang dapat memberikan sinyal kuat bagaimana langkah ke depan untuk menghadapi berbagai risiko yang ada. Ini juga memberikan sinyal yang sangat jelas dan menjaga kepercayaan bahwa pemerintah mengambil kebijakan yang memang berat namun harus dilaksanakan," tuturnya.

Dengan keyakinan yang ada, dirinya berharap perbankan semakin bisa memanfaatkan likuiditas untuk segera menyalurkan kredit, baik melalui kredit modal kerja (KMK) maupun kredit investasi. (*)

Editor: Yunike Purnama
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS