BI: Inflasi Rendah di 2021 Karena Permintaan Domestik yang Belum Kuat

Yunike Purnama - Selasa, 04 Januari 2022 13:18
BI: Inflasi Rendah di 2021 Karena Permintaan Domestik yang Belum KuatInflasi yang rendah pada 2021 dipengaruhi oleh permintaan domestik yang belum kuat. (sumber: trenasia.com)

BANDARLAMPUNG - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada 2021 tetap rendah dan berada di bawah kisaran sasaran tiga persen plus minus satu persen. Inflasi IHK 2021 tercatat sebesar 1,87 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi IHK 2020 sebesar 1,68 persen (yoy).

Bank Indonesia (BI) mengatakan inflasi yang rendah pada 2021 tersebut dipengaruhi oleh permintaan domestik yang belum kuat sebagai dampak pandemi covid-19. Selain itu, juga dipengaruhi oleh pasokan yang memadai serta sinergi kebijakan bank sentral dan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam menjaga kestabilan harga.

"Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi sesuai kisaran targetnya tiga persen plus minus satu persen pada 2022," ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam siaran persnya, Selasa (4/1/2022).

Adapun inflasi IHK Desember 2021 tercatat sebesar 0,57 persen (mtm). Inflasi tersebut meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 0,37 persen (mtm), dan lebih tinggi dari rata-rata inflasi Desember lima tahun sebelumnya sebesar 0,51 persen (mtm).

Meningkatnya tekanan inflasi IHK di akhir tahun didorong oleh kelompok inflasi volatile food dan administered prices. Inflasi inti tercatat 0,16 persen(mtm), relatif stabil dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,17 persen (mtm).

Sementara itu inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 2,32 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan lalu sebesar 1,19 persen (mtm), sejalan pola musiman akhir tahun.

Kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,45 persen (mtm), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,37 persen (mtm) seiring peningkatan permintaan angkutan udara pada Natal dan Tahun Baru.

Erwin menuturkan, perkembangan covid-19 memengaruhi inflasi pada 2021. Inflasi 2021 yang rendah dipengaruhi inflasi inti yang tercatat sebesar 1,56 persen (yoy), sedikit menurun dibandingkan inflasi inti tahun sebelumnya.

"Rendahnya inflasi inti terutama dipengaruhi oleh belum kuatnya permintaan domestik seiring dengan kebijakan pembatasan mobilitas yang harus ditempuh untuk mencegah penyebaran covid-19 di tengah pengaruh tekanan harga global ke domestik yang minimal," sebut dia.

Di sisi lain, kebijakan Bank Indonesia tetap konsisten menjaga ekspektasi inflasi terjangkar sesuai sasaran dan stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya. Inflasi volatile food terkendali sebesar 3,20 persen (yoy), didukung ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi bahan pangan yang tetap terjaga serta sinergi kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga.

"Sementara itu, inflasi administered prices meningkat dari tahun lalu menjadi sebesar 1,79 persen (yoy), sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat pascapelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas," tutup Erwin.(*)

Editor: Yunike Purnama
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS