Semakin Tumbuh Digitalisasi, Berikut Proyeksi Industri Perbankan 2022
Yunike Purnama - Selasa, 04 Januari 2022 12:55BANDARLAMPUNG - Pertumbuhan ekonomi dan keuangan digital diprediksi akan meningkat pesat di tahun 2022.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan transaksi perbankan digital dan digital banking tahun 2022 akan mencapai lebih dari Rp48.000 triliun atau meningkat sekitar 21,8% dari proyeksi tahun ini sebesar Rp40.000 triliun.
Komposisi transaksi digital juga diperkirakan akan meningkat. "Hal ini salah satunya tercermin dari porsi transaksi digital banking yang mencakup mobile dan internet banking di Bank BCA yang sebesar 88% per kuartal III-2021," kata Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn, Selasa (4/1/2021).
Selain transaksi digital banking, pertumbuhan kredit perbankan, kualitas aset dan profitabilitas diharapkan akan membaik di tahun 2022 dengan ditopang oleh likuiditas yang kuat serta kinerja ekspor yang solid dengan harga komoditas.
- Empat Kebijakan Baru PPh Telah Ditetapkan, Mulai Berlaku Tahun Ini
- Kenali Lebih Lengkap Instrumen Surat Utang Negara
- LPS Perpanjang Relaksasi Denda Premi Penjaminan Bank
Beberapa faktor pendukung lainnya adalah kebijakan akomodatif pemerintah, stimulus dan belanja infrastruktur, adopsi digital, serta meningkatnya vaccination rate dan rencana untuk penambahan vaksin booster ke-3.
Kondisi perekonomian nasional yang relatif solid ini akan menjadi buffer untuk beberapa faktor risiko yang mungkin muncul di 2022. Sementara varian Covid-19 Omicron saat ini masih dalam pengkajian dan kami berharap tidak separah Delta.
Hera menyebut, beberapa faktor risiko lainnya adalah perlambatan ekonomi di China dan US, kemungkinan market bubble, kelanjutan dari supply chain disruption, serta pemulihan yang tidak merata di beberapa sektor usaha dalam negeri akibat adanya pergeseran struktural (digitalisasi dan Covid-19).
Sementara itu, potensi kenaikan inflasi nasional mengikuti tren global, khususnya harga energi dapat berdampak ke profitabilitas perbankan.
Secara umum, keseluruhan faktor risiko tersebut diimbangi dengan kondisi pemodalan dan likuiditas perbankan nasional yang saat ini jauh lebih solid dibanding saat Global Financial Crisis pada 2008 maupun saat tapering 2013-2014.
“Kami memproyeksikan pertumbuhan kredit akan terakselerasi di 2022, terutama didorong dari kredit konsumsi dan beberapa sektor usaha seperti perdagangan, logistik dan transportasi,” ujar Hera.
Kualitas kredit akan cenderung normalized, namun terdapat beberapa sektor yang membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dari dampak pandemi, antara lain tourism, konstruksi tertentu dan tekstil. (*)