covid 19
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Yunike Purnama
ADA kemungkinan sejumlah manusia punya kekebalan atas virus SARS-CoV-2 tanpa bantuan vaksin. Ini bisa memegang peranan dalam perawatan pasien dengan Covid-19.
Ini berasal dari penelitian yang dipimpin oleh ahli imunologi Evangelor Andreakos dari Academy of Athens yang diungkap beberapa waktu lalu.
"Pengenalan atas SARS-Cov-2 pada populasi di skala global, telah memberikan demonstrasi lain pada variabilitas klinis luar biasa antara individu dalam perjalanan infeksi, dari tanpa gejala hingga yang mengancam jiwa," kata tim peneliti, dikutip Science Alert, Selasa (8/2/2022).
Tim peneliti mengatakan memiliki sedikit pengetahuan soal dasar genetik dan imunologis manusia dari kekebalan bawaan yang ada pada virus.
"Pemahaman kami atas patofisiologi Covid-19 yang mengancam jiwa sejak dijelaskan Desember 2019, namun kami masih memiliki pengetahuan soal dasar genetik dan imunologis manusia dari resistensi bawaan pada SARS-Cov-2," jelas tim peneliti.
Mereka menyebut ada sejumlah orang yang bisa terhindar terkena virus, bahkan saat seluruh orang dalam rumah tangga tersebut terinfeksi Covid-19.
Sejumlah penelitian juga melihat ada fakta tersebut. Namun ternyata hasilnya masih memperlihatkan perbedaan kecil saja.
Misalnya, Science Alert melaporkan, golongan darah khususnya O sepertinya sedikit kebal dari infeksi Covid-19. Dari penelitian lain diketahui protein seperti reseptor ACE 2 atau TMEM41B yang dibutuhkan coronavirus masuk atau mereplikasi dalam sel.
Saat itu, tim peneliti menyebut butuh lebih banyak penelitian untuk mengungkap keberadaan populasi yang kebal akan virus. Mereka juga punya rencana untuk mengungkapkan hal tersebut.
Salah satu caranya dengan melakukan identifikasi, merekrut, dan menganalisa genetik individual yang secara natural kebal dari virus. Fokusnya berasal dari mereka yang lolos terinfeksi dari rumah tangga yang ada pasien Covid-19.
"Pertama kita fokus pada kontak rumah tangga yang tidak terinfeksi dari orang dengan gejala Covid-19. Selanjutnya kita mempertimbangkan individu yang terpapar kasus tanpa proteksi diri, setidaknya selama 1 jam perhari selama 3-5 hari pertama saat gejala terjadi," ungkap tim peneliti.(*)