Kemendikbud Ristek
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Yunike Purnama
JAKARTA – Kualitas proses belajar sangat ditentukan oleh tiga aspek. Pertama, kepemimpinan kepala sekolah, kemudian kedua, kualitas kurikulum, pengajaran, dan asesmen, serta ketiga, kondisi lingkungan sekolah yang suportif untuk proses belajar siswa.
Hal tersebut disampaikan Kapokja Inovasi dan Transformasi Direktorat SMA Kemendikbudristek, Irfan Hary Prasetya dalam Webinar Bincang Perpusdikbudristek, Selasa, 20 September 2022. Webinar tersebut mengusung tema SMA Berkualitas di Era Merdeka Belajar.
"Aspek pertama ialah kepemimpinan kepala seokah. Kepala sekolah adalah pemimpin pembelajaran. Mengutip dari beberapa literatur, kepemimpinan pembelajaran berkontribusi signifikan terhadap belajar dan mengajar yang pada akhirnya menuju kualitas sekolah," ujar dia dikutip dari Eduwara jaringan Kabar Siger.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kepala sekolah juga bisa menggabungkan aspek-aspek peningkatan kualitas belajar dan mengajar. Namun, terdapat beberapa tantangan yang saat ini dihadapi seperti pimpinan sekolah yang belum terbiasa memanfaatkan otonomi dan fleksibilitas.
"Kemudian dalam beberapa kasus, pimpinan sekolah lebih tertarik pada menambah daya tampung dan fokus pemenuhan sarana prasarana sebagai indikator keberhasilan. Selain itu, masih terdapat pimpinan sekolah yang memiliki gaya kendali bebas. Maksudnya sedikit melakukan arahan atau bimbingan, guru tidak mendapatkan feedback, dan masih terdapat beberapa yang menggunakan gaya otoriter," tambah dia.
Sehingga, sambung Irfan, perlu pimpinan sekolah yang demokratis, mengarahkan, membimbing guru maupun siswa supaya kualitas belajar mengajar dapat ditingkatkan. Praktik baik yang dapat dilakukan oleh pimpinan sekolah ialah berdiskusi dalam sebuah kelompok belajar guru, melakukan peninjauan kelas, serta melakukan coaching dan mentoring.
Siswa Berperan Aktif
Lebih lanjut dipaparkan Irfan bahwa dalam aspek kualitas pembelajaran, siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa berada dalam posisi pencari pengetahuan yang memiliki rasa ingin tahu dan aktif mencari tahu, bukan sebagai penerima ilmu pengetahuan saja.
"Proses belajar yang efektif juga terjadi ketika materi yang disampaikan kepada siswa merupakan materi yang relevan, familiar, atau berhubungan dengan pengalaman kehidupan mereka. Selain itu, siswa juga termotivasi, merasa aman, tidak disalahkan ketika membuat kesalahan, konten menarik dan menantang," jelas dia.
Aspek ketiga adalah mewujudkan kondisi lingkungan yang aman dan nyaman untuk siswa. Hal yang dapat dilakukan misalnya meningkatkan kualitas hubungan antara siswa dan guru untuk saling peduli.
"Seringkali terjadi permasalahan indisipliner. Namun hal ini hanya gejala, dan penyakitnya adalah intinya ada di membangun hubungan saling percaya seluruh masyarakat sekolah sehingga rasa kepercayaan dan rasa aman bisa terbangun," ungkap dia.
Strategi yang dapat dilakukan ialah memperhatikan individu anak-anak yang mungkin mengalami masalah dalam proses belajar, berinteraksi. Kemudian membantu mereka dalam membangun hubungan yang baik dengan semua pihak adalah kunci mewujudkan kondisi lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi siswa.(*)