Sampoerna Agro Berhasil Bukukan EBITDA Rp1,1 Triliun

2022-09-16T15:05:49.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Yunike Purnama

Sampoerna Agro berhasil membukukan EBITDA yang kokoh sebesar Rp1,1 triliun di 1H22.
Sampoerna Agro berhasil membukukan EBITDA yang kokoh sebesar Rp1,1 triliun di 1H22.

JAKARTA - PT Sampoerna Agro Tbk (”Perseroan”) merupakan salah satu emiten  yang melakukan paparan publik sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Public Expose Live 2022 yang  diselenggarakan oleh PT Bursa Efek Indonesia.

Harga pasar minyak sawit (“CPO”) tetap menguat dengan harga rata-rata RM6.453/ton pada triwulan kedua 2022 (“2Q22”) dibandingkan dengan triwulan pertama 2022 sebesar RM6.166 per ton.

Ketegangan geopolitik di Ukraina yang masih berlanjut, kekurangan tenaga kerja di Malaysia, kenaikan harga minyak mentah, serta perubahan kebijakan regulasi di negara-negara produsen dan pengekspor membuat harga minyak nabati tetap kokoh di 2Q22.

Hal tersebut menyembabkan harga CPO melonjak sebesar 55% yoy menjadi RM6.309/ton selama paruh pertama tahun 2022 (“1H22”).

“Menguatnya harga CPO yang mencapai harga tertinggi sepanjang masa pada periode 1Q22 dan  dampak dari pulihnya produksi TBS di 2Q22 dimana kondisi cuaca yang menguntungkan telah membuat perusahaan mempertahankan profitabilitasnya yang solid di paruh pertama tahun ini. Dengan demikian, Perseroan berhasil membukukan EBITDA yang kokoh sebesar Rp1,1 triliun di 1H22,” kata Budi Halim, CEO Perseroan.

Berkat menguatnya harga CPO di awal tahun 2022, harga jual rata-rata (ASP) Sampoerna Agro mencapai sekitar Rp14.800/kg pada 1H22, meningkat 48% yoy dibandingkan pada periode yang sama  di tahun sebelumnya (“1H21”).

Pada inti sawit (“PK”), yang merupakan produk penyumbang penjualan terbesar kedua, harga jual rata-ratanya sekitar Rp10.800/kg pada 1H22, meningkat 63% yoy dibandingkan dengan 1H21.

Perseroan membukukan total penjualan Rp2,6 triliun pada 1H22, atau sedikit menurun 2% yoy dari  1H21. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari CPO, penyumbang pendapatan terbesar.

Pendapatan dari CPO turun 6% yoy akibat volume penjualan CPO yang lebih rendah. Di sisi lain, PK mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 32% yoy, ditopang oleh penguatan harga rata-rata PK.

Penyumbang penjualan terbesar ketiga adalah kecambah perseroan dengan merk dagang DxP  Sriwijaya yang berhasil menduduki pangsa pasar di posisi kedua terbesar di Indonesia. Penjualan dari  DxP Sriwijaya pada 1H22 adalah sebesar Rp84 milyar, atau sekitar 3% dari total penjualan  konsolidasian.

Penjualan dari DxP Sriwijaya tahun ini semakin cemerlang dari tahun sebelumnya karena mengalami kenaikan 15% yoy jika dibandingkan 1H21. Hal ini ditopang oleh peningkatan volume penjualan  sebesar 17% yoy menjadi 10 juta butir kecambah.

Kondisi cuaca yang mendukung telah meningkatkan kegiatan panen kami pada kuartal kedua tahun  2022, sehinga menghasilkan produksi Tandan Buah Segar (“TBS”) yang lebih baik. Total produksi TBS,  termasuk pembelian dari pihak eksternal pada 2Q22 mencapai 462 ribu ton, meningkat 42% qoq  dibandingkan 1Q22, tetapi lebih rendah 2% yoy dibandingkan tahun sebelumnya (“2Q21”).

Akan  tetapi, dampak dari kondisi cuaca yang kurang mendukung di 1Q22 menyebabkan total produksi TBS  turun sebesar 19% yoy menjadi 787 ribu ton di 1H22.

Perseroan berupaya untuk meningkatkan daya saing secara berkesinambungan yang dijalankan oleh  manajemen seperti peningkatan kualitas posisi keuangan dan kinerja operasional. Di samping itu, kami  juga terus berkomitmen dalam menerapkan ESG dan tata kelola perkebunan yang terbaik.

Prospek bisnis Perseroan ke depannya cukup baik, didukung oleh profil tanaman sawit yang masih  berada dalam masa produktif dan ditopang oleh kegiatan intensifikasi kebun yang akan terus berjalan dalam beberapa tahun kedepan. 

Selain itu, adanya peningkatan produksi dari kebun inti serta proporsi  panen yang semakin merata turut menambahkan optimisme manajemen dalam melihat kinerja yang  baik bagi Sampoerna Agro.

“Didukung oleh kondisi cuaca yang baik, profil perkebunan serta kesinambungan perusahaan dalam mengoptimalkan produksi melalui intensifikasi, kami berharap produksi kelapa sawit dapat meningkat dalam beberapa bulan mendatang dan mencapai puncak produksinya sekitar bulan September atau Oktober 2022," tutup Budi. (*)