Riset: 73 Persen Anak Muda Habiskan Uang untuk Gaya Hidup

2023-08-23T20:41:22.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Menurut hasil riset dari PT Bank OCBC NISP Tbk, 73% anak muda kerap kali menghabiskan uang untuk memenuhi keperluan gaya hidup.
Menurut hasil riset dari PT Bank OCBC NISP Tbk, 73% anak muda kerap kali menghabiskan uang untuk memenuhi keperluan gaya hidup.

JAKARTA - Menurut hasil riset dari PT Bank OCBC NISP Tbk, 73% anak muda kerap kali menghabiskan uang untuk memenuhi keperluan gaya hidup.

Riset OCBC NISP Financial Fitness Index ini mendefinisikan anak muda sebagai pekerja yang berada di rentang usia 25-35 tahun dan tinggal di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar.

Pada riset sebelumnya yang dirilis pada tahun 2022, persentasenya lebih besar, yakni 76%. Dengan demikian, terjadi penurunan persentase anak muda yang menghabiskan uangnya untuk gaya hidup.

Akan tetapi, OCBC NISP memandang bahwa walaupun generasi muda Indonesia secara umum terus berusaha memperbaiki kebiasaan finansialnya, tapi masih banyak yang membuat keputusan keliru dalam mengalokasikan pengeluaran.

Bahkan, 35% dari responden menyatakan bahwa mereka mengeluarkan dana untuk gaya hidup itu secara impulsif untuk keperluan seperti konser, jalan-jalan, hingga belanja berlebihan.

EVP Marketing & Lifestyle Business Division Head Bank OCBC NISP Amir Widyajaya mengatakan bahwa lewat riset Financial Fitness Index, perseroan berharap masyarakat dapat lebih merancang kesehatan finansialnya.

"Semua orang tentu memiliki kebutuhan hiburan atau lifestyle, dan memenuhi kebutuhan tersebut bukanlah hal yang negatif. Namun, generasi muda harus pintar menyiasati agar keinginan tidak mengorbankan kebutuhan dasar lainnya," kata Amir dalam acara diskusi peluncuran OCBC Financial Fitness Index di Senayan City, Jakarta, Selasa, 22 Agustus 2023.

Amir pun mengungkapkan bahwa riset ini juga diluncurkan untuk menyadarkan masyarakat, khususnya anak muda, bahwa gaya hidup masih bisa terus berjalan selama investasi tetap aman.

Najwa Shihab, jurnalis dan pendiri Narasi yang hadir sebagai narasumber dalam diskusi mengatakan bahwa sangat penting bagi anak muda untuk mengubah pola pikir soal "kaya"

Pasalnya, menurut hasil riset OCBC NISP, ditemukan bahwa jumlah anak muda yang mendefinisikan kaya adalah mereka yang sering liburan mengalami lonjakan hingga 350% dibanding tahun sebelumnya.

Najwa pun sedikit menyentil soal bagaimana media massa dewasa ini kerap kali mengangkat pemberitaan mengenai bagaimana selebritas-selebritas mengeluarkan uang dalam jumlah fantastis entah itu untuk liburan, membeli mobil atau rumah mewah, dsb.

"Yang dibagikan tidak harus selalu tentang kekayaan dan kemewahan, tetapi juga ilmu bermanfaat tentang bagaimana cara mengelola keuangan dengan baik. Generasi muda juga harus mau belajar dan disiplin mengatur uang dan berinvestasi sejak dini," kata Najwa.

Media sosial pun dikatakan Najwa sangat berpengaruh terhadap kecenderungan anak muda belakangan ini untuk menghabiskan uang demi memenuhi gaya hidup.

Oleh karena itu, sangat penting juga bagi anak muda untuk tidak mudah tergiur dengan apapun yang dibagikan di media sosial, apalagi jika informasi yang dibagikan cenderung bernuansa flexing.

Sementara itu, Director Consumer Insights di NielsenIQIndo Inggit Primadevi mengungkapkan hal menarik yang ditemukan dari riset, yakni mengenai generasi sandwich yang justru memliki skor kesehatan finansial yang lebih baik.

Inggit mengatakan, saat ini 54% dari generasi muda merupakan bagian dari generasi sandwich yang mana jumlahnya meningkat 9% dibanding tahun sebelumnya.

Akan tetapi, walaupun jumlahnya terus meningkat, tapi mereka justru lebih mampu menjaga kesehatan finansial mereka.

Menurut Inggit, hal tersebut disebabkan oleh generasi sandwich yang memang cenderung lebih berhati-hati dalam mengalokasikan pengeluaran karena adanya tanggungan di luar diri mereka sendiri yang harus dipenuhi kebutuhannya.

Dengan kata lain, mereka bisa lebih bertanggung jawab dengan baik atas pengeluarannya sehari-hari karena kondisi yang melatarbelakangi mereka.

"Hal ini juga menunjukkan bahwa kesempatan untuk sehat secara finansial bisa diraih semua kalangan, tidak terkecuali bagi mereka yang memiliki lebih banyak tantangan finansial. Artinya, dengan lebih fokus ke goals tertentu, seseorang bisa menjadi lebih sehat finansialnya," papar Inggit.(*)