PLN UID Lampung
Penulis:Eva Pardiana
Editor:Eva Pardiana
LAMPUNG SELATAN – Puluhan hektare sawah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan kini sudah tidak lagi mencemaskan ketersediaan air. PLN Peduli telah memberikan solusi masalah pengairan sawah yang dialami mayoritas petani di sana.
Suparmin, Ketua Kelompok Tani Tunas Baru mengatakan bahwa mayoritas petani di Desa Sidoharjo sebelumnya menerapkan sawah tadah hujan yang memang mengandalkan air hujan.
Sebenarnya, lanjut Suparmin, di desa itu sudah terdapat sarana pengairan sawah yang dibangun oleh pemerintah beberapa tahun yang lalu. Namun, karena kondisi geografis sawah milik Suparmin dan anggota kelompoknya lebih tinggi dari sumber air, sarana pengairan itu belum optimal menjangkau seluruh sawah yang ada.
"Bisa saja jika kami pakai sumur bor besar bantuan pemerintah, namun biaya operasional kami bertambah banyak, kami harus gunakan mesin genset, harus beli solar supaya air sampai di sawah kami dan itu juga menghabiskan waktu karena harus ditunggu," ujarnya.
Diketahui, PLN Peduli telah membangun sarana pengairan tersebut berupa pembuatan 15 titik sumur bor beserta mesin pompa listriknya. Pemanfaatan energi listrik pada teknologi pertanian, tentunya membawa manfaat positif bagi kesejahteraan petani.
Ada dua keuntungan yang didapat oleh para petani dari penerapan mesin pompa listrik ini diantaranya panen tidak hanya 1 kali saja melainkan dapat dilaksanakan 2 kali dalam satu tahun dan biaya operasional pembelian bahan bakar solar untuk penggunaan mesin genset diesel dapat ditekan.
Untuk mengairi sawah dengan menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar membutuhkan biaya sebesar Rp1,6 juta per hektare, dari awal tanam hingga panen. Sedangkan jika dibandingkan dengan pengairan sumur bor yang menggunakan pompa listrik PLN, biaya yg dikeluarkan untuk mengairi sawah tidak lebih dari Rp400 ribu per hektare dari awal tanam hingga panen.
"Untuk satu kali mengairi sawah per hektare, kami mengeluarkan biaya sebesar Rp840 ribu, sedangkan dari tanam hingga panen kami butuh air sebanyak 2 kali, ya lumayan banyak lah kalau bagi kami," paparnya.
General Manager PLN UID Lampung, I Gede Agung Sindu Putra mengatakan bahwa program Electrifiying Agriculture yang dilaksanakan PLN Peduli merupakan komitmen PLN untuk mendukung peningkatan produksi pertanian.
Terlebih, menurutnya, Provinsi Lampung telah menyandang predikat sebagai peringkat pertama penghargaan Abdi Bakti Tani 2021 dari Kementerian Pertanian RI pada September 2021 lalu. Penghargaan tersebut diberikan karena Provinsi Lampung dinilai telah mampu meningkatkan produksi pangan khususnya pada produksi padi.
"Sesuai dengan misi PLN, hadirnya energi listrik yang murah dan ramah lingkungan, diharapkan dapat menjadi media dalam peningkatan kualitas kehidupan masyarakat serta menjadi pendorong kegiatan ekonomi," tandas Sindu. (*)