Kadin Indonesia
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid optimis hilirisasi dan penguatan pasar domestik menjadi kunci untuk RI untuk menerjang badai ekonomi di 2023. Hal ini karena tahun depan diprediksi menjadi tahun yang sulit karena masih ada gejolak ekonomi dan situasi global yang menantang.
Bahkan, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi global melambat dari 2,9% menjadi 2,7%. Tak hanya itu, saat ini masih banyak negara dengan inflasi yang tinggi.
Meski demikian, ia optimis Indonesia mampu melewati rintangan tersebut karena memiliki potensi hilirisasi industri untuk meningkatkan perekonomian. Ia menambahkan, perlu adanya dorongan hilirisasi di berbagai sektor komoditas, terutama pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan. Menurutnya sektor-sektor tersebut memiliki kontribusi besar pada perekonomian, dengan porsi ekspor yang belum maksimal.
“Kadin berharap pemerintah dan pelaku usaha dapat berkolaborasi untuk menciptakan nilai tambah sumber daya alam sehingga dapat meningkatkan nilai jual dan daya saing komoditas ekspor unggulan dalam negeri,” katanya dikutip dari TrenAsia.com jaringan Kabarsiger.com pada Jumat, 30 Desember 2022.
Ketua Kadin ini berharap, 2023 bisa menjadi tahun yang transformatif apabila para pelaku usaha mampu mengidentifikasi peluang pasar yang tepat. Arsjad pun mencontohkan adanya peluang-peluang pasar di sektor-sektor seperti energi terbarukan dan kendaraan listrik.
Arsjad menegaskan, Indonesia diberkahi dengan berbagai mineral dan potensi energi terbarukan. Maka harus melakukan hilirisasi supaya ada nilai tambah dan memacu pertumbuhan ekonomi. Hal ini perlu kita lakukan selain untuk menerjang potensi badai ekonomi juga untuk mewujudkan tujuan besar kita sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2045 dan mencapai net zero emission di 2060.
Selain potensi dari hilirisasi, Indonesia juga harus memaksimalkan pangsa pasar domestik untuk mengembangkan kinerja industri. Apalagi, ancaman resesi global masih menjadi resiko terberat yang harus dihadapi oleh pengusaha.
Berkurangnya permintaan global, terutama bagi industri berorientasi ekspor juga berdampak pada kinerja perusahaan yang akan berisiko untuk mengurangi beban operasional, salah satunya dengan PHK.
Tak ketinggalan, pasar domestik harus turut diperkuat melalui akselerasi TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) dan P3DN (Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri). Arsjad menambahkan penguatan UMKM untuk mendukung rantai pasok dalam negeri juga sangat diperlukan untuk mensukseskan upaya ini.(*)