Bank Indonesia
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Yunike Purnama
BANDARLAMPUNG - Bank Indonesia (BI) mewaspadai bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) yang akan segera menaikan suku bunga acuan. Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, dirinya tak pernah berhenti memantau The Fed.
"Untuk negara berkembang seperti Indonesia itu jelas jadi tantangan, bagaimana kita harus memperkuat stabilitas eksternal," ungkapnya dalam Annual Investment Forum 2022 yang digelar Bank Indonesia secara virtual, Kamis (27/1/2022).
Lebih lanjut, Perry turut menyoroti proses pemulihan ekonomi nasional di Indonesia. Dia tidak ingin abai akan adanya berbagai tantangan ke depan, namun dia pun mengajak untuk harus tetap optimistis.
"Selalu ada peluang, dan peluang terbaik sedang kita cari untuk menumbuhkan ekonomi, dan pastinya untuk manajemen risiko suku bunga dan valuta asing, baik secara global maupun domestik," tuturnya.
Di sisi lain, Perry juga melihat proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan lebih seimbang. Bukan hanya dikuasai oleh sejumlah negara besar saja, tapi diikuti oleh pemulihan ekonomi di beberapa negara kawasan.
"Bukan hanya didorong oleh Amerika dan china, tapi juga dengan adanya pemulihan ekonomi di Eropa, Jepang dan India. Itu jelas akan meningkatkan volume perdagangan global dan harga komoditas," pungkas dia.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed akan menaikkan empat kali suku bunga acuannya yang akan dimulai pada bulan Maret mendatang. Kebijakan suku bunga Fed Fund Rate sangat bergantung pada kondisi ekonomi di AS.
"Tapi apakah naiknya 25 basis poin (bps) apakah 50 bps. Ini harus kami baca lebih lanjut. Inilah bacaan kami mengenai arah dan juga respons dari normalisasi kebijakan moneter oleh The Fed," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (20/1/2022) lalu.
Meski begitu, terdapat sejumlah risiko yang juga bisa mengubah arah kebijakan The Fed yang akan tetap menjadi perhatian. Misalnya saja kenaikan kasus omicron, gangguan rantai pasokan, dan kenaikan harga energi yang bisa saja membuat bank sentral AS tersebut hanya tiga kali menaikkan suku bunganya.
"Secara keseluruhan, asesmen kami kalau dilihat dari sisi fundamentalnya, ekonomi dibandingkan perkiraan inflasi dan unemployment di AS dan juga bacaan kami soal pandangan dari members Fed kemungkinan Fed Fund Rate akan naik tiga kali dari sisi fundamental," ungkapnya.
BI memastikan akan terus memantau berbagai perkembangan rencana kenaikan suku bunga The Fed dan memitigasi dampaknya terhadap ekonomi Indonesia.
Sebab, dampaknya akan lebih terlihat pada kenaikan US Treasury di atas 2 persen, alhasil akan mempengaruhi sisi eksternal Indonesia dalam hal ini arus dana asing masuk ke pasar keuangan domestik.(*)