Bermitra dengan PT MAI, Petani Aren Desa Cikadu Lepas dari Tengkulak

2022-06-15T14:48:43.000Z

Penulis:Eva Pardiana

IMG-20220615-WA0011.jpg
Gula aren semut produksi petani aren Kampung Mulya Sari, Desa Cikadu, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

LEBAK – Warga Kampung Mulya Sari, Desa Cikadu, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten telah secara turun temurun menjadi petani aren. Menyadap nira dan membuat gula aren merupakan keahlian yang diajarkan turun temurun.

Namun, sejak lama petani aren cenderung berada di garis kemiskinan. Monopoli harga oleh tengkulak menjadikan komoditi olahan petani berupa gula kocoran memiliki nilai ekonomi sangat rendah. Akibatnya, petani aren hanya orang-orang tua yang tidak lagi produktif.

Menyadari kondisi tersebut, Surya (29) petani muda mengaku sangat prihatin. Padahal, potensi aren di daerah tersebut sangat baik, bahkan salah satu komoditi dengan kualitas paling bagus.

"Tiga tahun lalu, saya mulai konsentrasi mencari cara untuk meningkatkan taraf hidup petani aren,"  ujar Surya saat diwawancara, Selasa (14/6/2022).

Awalnya, dia mengungkapkan mulai mencari cara bagaimana melepaskan ketergantungan petani dengan tengkulak dan bagaimana membuat produk yang bernilai tinggi.

"Alhamdulillah kami dipertemukan dengan Bu Letty pemilik pabrik pengolahan gula aren, PT Mitra Aren Indonesia (MAI)," ujar dia.

Setelah beberapa kali pertemuan, PT MAI sepakat membeli gula aren dari petani dengan harga yang kompetitif. Tidak hanya itu, petani juga diajarkan bagaimana menghasilkan gula aren yang berkualitas.

Lalu, produksi gula aren pun dilakukan dengan cara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan. Tidak menggunakan pengawet berbahan kimia dan diolah secara higienis.

"Petani juga tidak lagi mengolah gula aren kocoran tetapi dibuat menjadi gula semut. Harganya pun jauh lebih tinggi dibandingkan produk yang telah turun temurun dibuat petani," imbuh Surya.

Ajak Pemuda jadi Petani Aren

Selama ini, mayoritas petani aren berusia tua. Tak jauh berbeda dengan daerah lain, generasi muda masih enggan melanjutkan usaha keluarga turun temurun tersebut.

"Saya ini, anak penyadap aren tapi saya juga ingin agar aren tetap bisa dilestarikan," kata dia.

Apalagi, secara khusus pohon aren tidak hanya dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan hidup masyarakat. Pohon aren tentunya syarat dengan beragam makna dari sejarah sampai dengan berperan dalam menjaga lingkungan.

Karena itu, upaya melestarikan pohon aren terus digalakkan. Mengajak pemuda-pemuda desa untuk mulai melanjutkan usaha leluhur memang tidak mudah.

Namun, kekinian ia mengungkapkan dari 50 orang lebih petani di kelompoknya, sudah ada petani-petani muda yang mulai memilih menjadi petani aren.

Hal tersebut sangat menggembirakan sebab menurut Surya keterlibatan pemuda dalam usaha melestarikan pohon aren dan memroduksi gula semut sangat penting.

"Pemuda tentunya lebih unggul, dan generasi tua harus agar usaha gula aren terus berjalan," ujar dia.

Di sisi lain, untuk mendukung produksi gula semut sesuai standar yang ditetapkan pabrik PT MAI, perusahaan tersebut juga secara berkala memberikan bantuan, baik berupa alat memasak maupun peralatan pendukung lainnya.

Ke depan, Surya berharap agar semakin  banyak pemuda-pemuda yang mau menjadi petani. Karena setelah, dijalani sebenarnya pendapatan dari bertani gula aren lebih mencukupi ketimbang bekerja di kota, sebab harga tidak lagi tergantung tengkulak karena dipasok langsung ke PT MAI dengan harga yang sangat baik.

Setiap pekan sedikitnya 3 ton gula semut dikirim ke PT MAI, perusahaan tersebut memasok kebutuhan gula aren cair dan gula semut untuk sejumlah korporasi dan kedai kopi kekinian, baik dalam maupun luar negeri. (WK)