Perbankan Syariah
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA- Bisnis perbankan syariah terus menunjukkan pertumbuhan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahkan mencatat aset perbankan syariah mencapai Rp 802,26 triliun, naik 15,87% yoy pada Desember 2022.
Hal ini diikuti dengan simpanan nasabah atau dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan syariah mencapai Rp 619,51 triliun dan pembiayaan yang diberikan (PYD) sebesar Rp 508,87 triliun pada 2022.
"Aset, DPK dan PYD perbankan syariah terus mengalami pertumbuhan positif. Jumlah rekening perbankan syariah terus menunjukkan peningkatan," ujar Direktur Pengaturan dan Pengembangan Perbankan Syariah OJK, Nyimas Rohmah.
Nyimas menambahkan, seluruh komponen perbankan syariah berhasil tumbuh positif sepanjang tahun lalu. Pertumbuhannya tersebut mencapai double digit sepanjang tahun 2022.
"Kalau kita lihat dari sisi pertumbuhan, baik aset, pembiayaan, dan DPK seluruhnya menunjukkan double digit growth. Aset pada tahun 2022 berhasil tumbuh sekitar 15,63%, DPK 12,93%, dan untuk pembiayaan lebih besar lagi, yaitu 20,44%," jelas Nyimas.
Ia pun mengungkapkan alasan di balik pertumbuhan industri perbankan syariah yang tetap positif dari tahun ke tahun. Salah satu penyebabnya adalah market share atau pangsa pasar perbankan syariah yang masih kecil.
Data OJK menunjukkan, market share perbankan syariah terhadap perbankan nasional sekitar 7,09%. Hal ini ditopang dengan berdirinya 20 Unit Usaha Syariah (UUS), 13 Bank Usaha Syariah (BUS) dan 167 BPRS.
"Jumlah rekening pun meningkat, hingga Desember 2022, tercatat 51,29 juta rekening DPK. Sementara itu, rekening pembiayaan tumbuh 7,77 juta rekening atau tumbuh 14 persen" imbuhnya.
Adapun kinerja perbankan syariah secara umum mengalami kenaikan baik dari sisi aset maun DPK. Namun, pembiayaan sempat turun tajam pada 2021 akibat pandemi Covid-19.
"Dari sisi kinerja, pertumbuhan positif. Tapi chart kuning memperlihatkan pembiayaan ada pernah perlambatan tapi di 2022 pernah meningkat sampai 20,44%. Ini lebih tinggi dari masa pandemi Covid-19," ungkap Nyimas.
Menurutnya, kesadaran beragama masyarakat Indonesia yang semakin tinggi diimbangi dengan perbaikan yang dilakukan oleh para pelaku industri perbankan syariah. Hal ini turut meningkatkan pertumbuhan industri ini.
"Kami melihat bahwa industri perbankan syariah itu terus berbenah diri dalam arti digitalisasi untuk melayani segmen milennial dan Gen-Z itu semakin dikembangkan. Jadi bank-bank syariah ini tidak kalah, misalnya dalam sisi mobile banking, aplikasi untuk memudahkan akses masyarakat," pungkasnya.(*)