Kurs Rupiah
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
BANDARLAMPUNG - Nilai kurs rupiah berpeluang melemah pada perdagangan hari ini, Senin, 10 Juli 2023, karena data-data terbaru dari Amerika Serikat (AS) menguatkan peluang The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunganya.
Menurut data perdagangan Bloomberg, Senin, 10 Juli 2023, nilai kurs rupiah dibuka melemah 8 poin di posisi Rp15.150 per-dolar AS.
Pada perdagangan sebelumnya, Jumat, 7 Juli 2023, nilai kurs rupiah ditutup melemah 86 poin di level Rp15.142 per-dolar AS.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, potensi kenaikan suku bunga The Fed masih menjadi faktor yang dapat menekan pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini.
Potensi akan kenaikan suku bunga The Fed diperkuat oleh ADP employment change mencapai 497.000 pada Juni 2023, lebih tinggi dibandingkan perkiraan.
ADP employment change sendiri adalah perkiraan perubahan tenaga kerja di luar bidang pertanian dan pemerintahan. Data ini dirilis satu atau dua hari sebelum data non-farm employment change.
Sementara itu, data purchasing manager index (PMI) manufaktur AS pada Juni 2023 tercatat di angka 53,9, naik dari 50,3 pada bulan Mei.
Dengan perkembangan yang diperlihatkan oleh dua data tersebut, peluang The Fed untuk menaikkan suku bunga pun semakin besar walaupun Jumlah tenaga kerja nonpertanian atau nonfarm payroll (NFP) AS yang berada di bawah ekspektasi pasar.
Pada bulan lalu, nonfarm payroll AS bertambah 209.000, di bawah ekspektasi pasar yang memprediksi pertambahan sebanyak 240.000.
"Semakin bagus data ekonomi AS, dolar AS pun semakin menguat karena bagusnya perekonomian dapat mendukung kebijakan pengetatan moneter untuk menurunkan inflasi AS," papar Ariston kepada TrenAsia, Senin, 10 Juli 2023.
Menurut Ariston, untuk perdagangan hari ini, Senin, 10 Juli 2023, nilai kurs rupiah berpeluang melemah ke arah Rp15.200 per-dolar AS dengan potensi resistance di kisaran Rp15.000 per-dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah ditutup melemah pada perdagangan pekan lalu karena pelaku pasar menantikan data-data ekonomi terbaru AS yang dapat menunjukkan prospek kenaikan suku bunga.
Sementara itu, semakin kuatnya ekspektasi pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya pun menjadi variabel yang memberikan tekanan pada nilai kurs rupiah. Menurut data CME FedWatchTool pada akhir pekan lalu, 92% pelaku pasar meyakini The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin ke level 5,25%-5,5%.
Ditambah lagi, Ibrahim pun mengatakan bahwa ekonomi global saat ini tengah memasuki masa yang sulit, bahkan bisa dibilang berada di pijakan yang berbahaya sehingga pelaku pasar pun mengamankan dananya di aset-aset safe-haven.
“Banyak pengamat yang menganggap bahwa perekonomian negara-negara di dunia 70 persen mengalami pertumbuhan yang lebih lemah tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tak hanya itu, penurunan ekonomi yang terjadi sifatnya drastis atau menurun tajam dan pertumbuhan global akan menurun dari 3% tahun lalu menjadi sekitar 2%. Dalam kasus ekonomi maju, mengalami perlambatan bahkan lebih dalam,” kata Ibrahim dikutip dari riset harian, Senin, 10 Juli 2023. (*)