Melihat Penerapan ESG pada Industri Material Indonesia
Redaksi - Senin, 10 Juli 2023 13:10JAKARTA – Saat ini environtment, social dan governance (ESG) sudah menjadi syarat umum sebuah perusahaan dalam menjalankan model bisnis. Hal ini bahkan dijadikan referensi oleh para investor terhadap komitmen perusahaan mengenai pembangunan berkelanjutan.
Maka sebuah perusahaan selain beriorientasi profit, melainkan juga harus memikirkan kesinambunangan masa depan melalui ESG. Salah satu sektor industri yang memiliki potensi besar bagi kelangsungan Indonesia adalah industri material.
Menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang, Indonesia punya potensi besar dalam industri material, lantaran ini adalah bahan dasar utama dalam pembangunan infrastruktur maupun properti.
Ini dapat dilihat dari jumlah produksi industri material Indonesia meliputi semen, beton, aspal, gypsum dan kaca yang selalu mengalami peningkatan pada setiap tahun. Bahkan diantaranya tingkat utilasi mencapai 75% yang artinya mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri.
- Ternyata Ini Penyebab Mengapa Suka Menunda Pekerjaan
- Robot AI Ameca Bersumpah Tidak Berontak pada Penciptanya
- Langkah SIG Terapkan ESG dengan Dekarbonasi
Melansir dari laman Kemenperin, Senin, 10 Juli 2023, tercatat pada tahun 2020 jumlah produksi semen tanah air sebanyak 64,83 juta ton pada tahun 2020. Utilisasinya mencapai 56%, dengan konsumsi semen sebesar 62,72 juta ton, dan ekspor semen menembus 1,09 juta ton.
Kemudian industri beton yang terbagi jadi beton pracetak dan prategang yang mampu mencapai jumlah produksi sebesar 44,8 juta ton per tahun dengan jumlah produksi sebanyak 11,2 juta ton per tahun.
Lalu industri papan gypsum mampu terpasang sebesar 238 juta m2 per tahun dan realisasi produksinya sebanyak 120 juta m2 per tahun sehingga utilisasinya sekitar 50%.
Sementara pada produksi industri ubin dan keramik saat ini telah mencapai sebesar 8,63 juta ton. Adapun jumlah produksi sebanyak 6,4 juta ton pada periode Januari-Mei 2021. Bahkan uttilisasinya mencapai 75%, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Kendati demikian, sampai saat ini masih belum ada riset dengan komprehensif mengenai presentase penerapan ESG pada perusahaan industri material di Indonesia. Padahal sektor bisnis ini dapat dikatakan memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap keseimbangan lingkungan.
Untuk contoh penerapan ESG pada industri material akan menggunakan framework PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dan PT Semen Baturaja Tbk. Hal ini didasari karena kedua perusahaan bergerak di bidang produksi semen ini dapat dibilang sudah menjalankan penerapan ESG di bidang lingkungan.
Merujuk laporan tahunan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2022, untuk menurunkan emisi pada proses produksi perusahaan ini menggunakan teknologi bag filter, pemanfaatan RDF, penggunaan flue gas desulfurization, dan PLTS (pembangkit listrik tenaga surya).
Di samping itu perusahaan ini akan mengupayakan penggunaan bahan bakar alternatif sebesar 42% yang ditargetkan tercapai pada tahun 2030. Ini sekaligus memantapkan efisiensi energi dan mengurangi emisi.
Merujuk laporan tahunan PT Semen Baturaja Tbk tahun 2022, untuk penerapan ESG pada perusahaan ini sudah mengoptimalkan tata kelola dengan mendorong para karyawannya untuk mendapatkan pengetahuan lebih seperti pelatihan digital dan studi banding.
Selain itu perusahaan ini juga sudah memberdayakan penyandang disabiltas yang tercatat dibagian administrasi sebesar 2 persen karyawan. Tak hanya itu perusahaan ini juga mengoptimalkan kesejahteraan kesehatan karyawan. (*)