Tiga Bulan, Triliunan Uang Rokok Mengalir ke Negara

Eva Pardiana - Kamis, 12 Mei 2022 17:46
Tiga Bulan, Triliunan Uang Rokok Mengalir ke NegaraIlustrasi rokok. (sumber: ColiN00B/Pixabay)

JAKARTA — Kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif cukai rokok selama dua tahun terakhir terbukti efektif untuk mengeruk uang dari pabrikan rokok. 

Setelah tahun 2021 tarif cukai rokok naik 12,5%, tahun ini tarif yang sama naik lagi sebesar 12%. Akibat kebijakan itu, selama tiga bulan pertama 2022, empat emiten rokok yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), mencatat pembayaran cukai, PPN, dan pajak rokok sekitar Rp44,12 triliun.

Laporan keuangan emiten-emiten berbasis rokok tersebut mengonfirmasi fakta bahwa mayoritas uang hasil penjualan rokok mengalir untuk negara. Keuntungan yang diperoleh pabrikan rokok jauh lebih kecil dibandingkan kewajiban perseroan terhadap negara. 

Mau tahu detilnya? Kita kulik laporan keuangan masing-masing emiten tersebut.

PT Gudang Garam Tbk. (GGRM)

Pabrikan rokok asal Kediri merupakan penguasa industri rokok nasional. Hal itu tecermin dari nilai penjualannya di kuartal I-2022 yang mencapai Rp29,29 triliun, turun dibandingkan  periode sama tahun 2021 sebesar Rp29,74 triliun. Dari nilai penjualan sebesar itu, sekitar Rp25,06 triliun digunakan untuk membayar beban cukai, PPN, dan pajak rokok. Nilai pembayaran ke negara ini naik dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp23,54 triliun.

Dari sisi peruntungan, selama tiga bulan pertama 2022, GGRM menggenggam keuntungan bersih sebesar Rp1,07 triliun, turun drastis dibandingkan periode sama tahun 2021 yang mencapai Rp1,74 triliun.

Dari catatan laporan keuangan GGRM kuartal I-2022 juga terungkap bahwa Perseroan per 31 Maret 2022 masih memiliki utang atas pita cukai, PPN dan pajak rokok sebesar Rp 14,83 triliun. Yang terbesar adalah utang atas pita cukai senilai Rp13,47 triliun.

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP)

Pabrikan rokok asal Surabaya ini tercatat membayar biaya cukai sebesar Rp17,94 triliun pada kuartal I-2022. Jumlah itu setara dengan 68,58% dari total penjualan bersih perseroan di periode ini sebesar Rp26,16 triliun. Penjualan bersih Sampoerna di tiga bulan pertama tahun 2022 ini mengalami kenaikan dibandingkan kuartal I-2021 sebesar Rp23,55 triliun.

Ditilik dari prosentasenya, biaya cukai tahun ini naik 26,94% dibandingkan biaya cukai yang dibayarkan oleh HMSP tahun 2021 sebanyak Rp 14,13 triliun. Sementara dari sisi pendapatan bersih, kenaikan yang dicatatkan perseroan hanya 11,04%. Faktor beban pokok penjualan kian makin menanjak inilah yang membuat laba bersih HMSP di kuartal I-2022 hanya Rp1,91 triliun, menukik dibandingkan periode sama 2021 sebesar Rp2,58 triliun.

PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM)

Perusahaan rokok golongan II ini tercatat membayar cukai senilai Rp426,15 miliar per 31 Maret 2022. Jumlah itu naik hampir dua kali lipat daripada kuartal sama tahun 2021 sebesar Rp271,81 miliar. Penjualan Perseroan di periode ini mencapai Rp757,52 miliar, naik daripada tahun lalu Rp571,05 miliar.

Perusahaan rokok ini memiliki tiga segmen produk sebagai andalan. Dari total penjualan di awal tahun 2022, mayoritas berasal dari penjualan sigaret kretek mesin Rp601,35 miliar, sigaret kretek tangan Rp93,03 miliar dan cerutu sebesar Rp54,53 miliar.

Dengan penjualan yang tetap tumbuh positif, WIIM menutup kinerja kuartal I-2021 dengan keuntungan bersih sebesar Rp37,72 miliar, turun tipis dibandingkan periode sama 2021 sebesar Rp38,62 miliar.  

PT Bentoel International Investama Tbk. (RMBA)

Pabrikan asal Malang ini menciptakan kejutan di tahun 2022. Setelah menurunkan statusnya ke golongan II, dengan jumlah penjualan rokok yang dibatasi di bawah 3 miliar batang, Bantoel berhasil mencatat laba bersih setelah bertahun-tahun melaporkan kerugian kepada pemegang sahamnya di BEI.

Pada kuartal I-2022, RMBA mencatat laba bersih Rp4,29 miliar berbading Rp 20,27 miliar di kuartal sama tahun lalu. Perolehan laba positif ini salah satunya dipengaruhi beban biaya cukai yang menurun drastis.

Tahun ini, biaya cukai yang dibayar Bentoel sebesar Rp686,37 miliar, sementara di tiga bulan pertama tahun 2021 lalu nilai biaya cukainya mencapai Rp1,10 triliun. Ada penghematan biaya cukai sekitar Rp423 miliar.

Penjualan Bentoel yang kini sedang dalam proses delisting dari BEI, mencapai Rp1,82 triliun, turun dibandingkan kuartal I-2021 sebesar Rp 2,22 triliun. (*) 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 12 May 2022 

Editor: Eva Pardiana

RELATED NEWS