Tantangan 2023 Perbankan Syariah dari Konsolidasi hingga Digitalisasi

Yunike Purnama - Senin, 30 Januari 2023 05:43
Tantangan 2023 Perbankan Syariah dari Konsolidasi hingga DigitalisasiKetua Umum Asbisindo Hery Gunardi (sumber: Dok Asbisindo )

JAKARTA - Perbankan syariah harus berjuang lebih keras lagi untuk menghadapi tantangan di tahun ini karena menghadapi tingginya kenaikan bagi hasil serta likuiditas yang ketat. Tantangan lainnya yaitu keharusan konsolidasi dan digitalisasi.  

Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) menilai berbagai tantangan tersebut harus dijawab dengan efisiensi bisnis proses, inovasi produk dan layanan sesuai kebutuhan masyarakat serta transformasi digital.

"Semua ini harus dikemas menjadi one stop solution yang mengakselerasi bisnis perbankan syariah di Indonesia,” Ketua Umum Asbisindo Hery Gunardi dalam keterangan resmi, dikutip Senin, 30 Januari 2023.

Seperti yang diamanatkan dalam UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK), pengaturan terhadap perbankan dan perbankan syariah bertujuan untuk mempercepat proses konsolidasi sehingga perbankan Indonesia semakin berdaya saing.

Selain itu, kebijakan tersebut juga memperkuat pengaturan terkait bank digital dan pemanfaatan teknologi informasi oleh perbankan, memperkuat peran BPR/BPRS dalam menggerakkan perekonomian daerah dan mendukung pengembangan UMKM, serta memperluas cakupan kegiatan usaha perbankan (syariah) untuk menggerakkan ekonomi nasional.

Menariknya, keadaan pasca pandemi memberikan salah dampak positif. Salah satunya perubahan perilaku masyarakat yang mulai beralih ke digital untuk aktivitas ekonomi, di mana transaksi digital dari berbagai platform menjadi sebuah kebutuhan.

Hal ini mendorong saluran digital bank-bank syariah untuk mampu bersaing dan kolaborasi dengan berbagai platform transaksi digital, guna menunjang sistem pembayaran yang makin cepat dan efisien.

Menurut Hery yang juga Dirut PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), digitalisasi menuntut sektor perbankan syariah untuk mengikuti perkembangan teknologi dengan menyediakan aplikasi e-channel yang bisa menjadi sahabat finansial, sahabat sosial dan sahabat spiritual.

Selain melayani transaksi finansial, dapat juga melayani layanan Islami seperti jadwal solat, penunjuk arah kiblat dan ayat quran. Sementara sebagai sahabat sosial, harus dapat melayani pembayaran zakat, infaq, sedekah, dan wakaf nasabah dan layanan yang sifatnya untuk kemanfaatan bagi ummat.

Transaksi keuangan melalui saluran elektronik saat ini rata-rata di atas 95%, dan hanya sekitar 5% melalui kanal konvensional. Penelitian Bank Indonesia (BI) selama masa pandemi menunjukkan kenaikan 21 juta transaksi e-channel di seluruh Indonesia, di mana 72% pengguna baru berasal dari kota - kota sub urban.  

“Perubahan perilaku konsumen ini menjadi pekerjaan besar BSI untuk membangun sistem hybrid layanan syariah sehingga nasabah dapat mengakses BSI di mana pun dan kapan pun," ujar Hery.

Untuk itu, kata Hery, diperlukan aplikasi super (superapps) dengan engine yang tepat sehingga mampu menjangkau nasabah di seluruh Indonesia dan di mancanegara ke depannya.

Untuk meraih kinerja bisnis yang tumbuh, seimbang dan berkelanjutan, BSI khususnya pada tahun ini juga akan terus mendorong penetrasi dan inklusi pertumbuhan bisnis melalui optimalisasi BSI Mobile.

"Kami juga mengembangkan bisnis model yang mampu menjangkau seluruh segmen dan pertumbuhan bisnis yang sehat dan berkualitas serta berkelanjutan," pungkasnya. (*)

Editor: Redaksi
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS