Strategi Bursa Efek Indonesia Menatap 2022
Yunike Purnama - Rabu, 29 Desember 2021 16:34JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mempersiapkan sejumlah strategi dalam meningkatkan perdagangan di pasar modal. Dalam pemaparan di depan media, Dirut BEI Inarno Djajadi menuturkan ada sejumlah inisiatif strategis BEI yang bakal dilakukan pada 2022.
Pertama, BEI bakal terus mendorong pemanfaatan teknologi untuk memperluas program pendidikan dengan mengembangkan portal edukasi digital. BEI juga akan menjadikan pasar lebih efisien dengan melakukan implementasi pembaruan kelanjutan sistem INET Protokol FIX 5 pada Jakarta Automated Trading System (JATS).
Demi mempromosikan bursa menjadi lebih menarik, BEI terus menggenjot pemanfaatkan eregistration, e-IPO, Multiple Voting Shares (MVS), hingga Papan New Economy. Langkah ini juga diharapkan dapat meningkatkan jumlah listing perusahaan.
BEI turut memperluas derivative / structured product yakni structured warrant atau waran terstruktur. Di segmen penawaran layanan informasi, BEI akan melakukan peningkatan kerja seperti memperluas layanan IDX Market Data System (IMDS), mengembangkan Open API, meningkatkan Sistem Informasi Pelanggan Datafeed (SIPD), dan ESG Scoring di Website BEI.
Teknologi menjadi faktor utama BEI dalam melayani partisipan pasar. Dalam hal ini, bursa akan meningkatkan kapasitas Co-Location serta memperluas layanan non-transaksi bursa dengan meningkatkan Sistem Penyelanggara Pasar Alternatif (SPPA), dan pengembangan Carbon Trading.
- Antam Masuk Daftar Indeks ESG Sri Kehati
- Rugikan Asosiasi Tongkang dan Hauling, MAKI Gugat Praperadilan Polda Kalsel Rp2 Triliun
- Harga Emas Dunia Sentuh Posisi Tertinggi dalam Sebulan
Adapun penggunaan big data dan machine learning akan digenjot sebagai bagian dari pengawasan terintegrasi seperti dalam Decision Support System (DSS), Papan Pemantauan Khusus, Notasi Khusus, Pembaruan Aplikasi Centralized Trading Platform (CTP), dan Aplikasi Pemantauan Transaksi SPPA.
Terakhir, BEI akan menyediakan infrastruktur dan dukungan bagi perusahaan tercatat agar dapat lebih selaras dengan standar internasional dalam hal tata kelola dan keterbukaan informasi.
Untuk mewujudkan hal ini, BEI bakal meningkatkan sistem Extensible Business Reporting Language (XBRL), Taxonomy Maintenance, dan Sistem Pelaporan Elektronik (SPE) IDXnet.
Catatan Emas BEI Sepanjang 2021
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pasar modal berada dalam kondisi stabil dan terkendali. Per 7 Desember 2021, penghimpunan dana mencapai Rp335,8 triliun, yang diperoleh dari 180 penawaran umum. Capaian ini melampaui perolehan tahun 2020 sebesar Rp118,7 triliun.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan peningkatan jumlah investor pasar modal dipicu oleh adanya pemerataan infrastruktur dan transformasi teknologi mencakup layanan pembukaan Rekening Dana Nasabah (RDN) dengan proses yang lebih cepat dan mudah.
Sebagaimana tertuang dalam Inisiatif Strategis BEI 2022, Inarno menyatakan digitalisasi membuat investor jauh lebih merata. "Inisiatif ini kami lakukan dengan arahan OJK agar jumlah investor bisa lebih merata,"paparnya.
Inarno menambahkan bahwa hingga 8 Desember 2021, sudah terdapat 51 emiten yang melaksanakan IPO dengan nilai penghimpunan dana mencapai Rp62,08 triliun. Capaian tersebut jauh melampaui tahun 2020 sebesar Rp5,58 triliun.
Inarno menyebut masih ada 26 perusahaan yang masuk dalam pipeline IPO BEI. Adapun total perusahaan yang telah tercatat di BEI berjumlah 763 perusahaan.(*)