Spotify Uji Fitur Penerjemah Podcast Bertenaga AI
Yunike Purnama - Rabu, 27 September 2023 06:37STOCKHOLM - Platform streaming lagu dan podcast asal Swedia, Spotify dilaporkan sedang melakukan uji coba teknologi terbarunya yang ditenagai kecerdasan buatan. Teknologi tersebut disebut dapat menerjemahkan podcast secara langsung mengikuti suara yang diterjemahkan.
“Teknologi penerjemah ini didukung oleh teknologi penghasil suara OpenAI yang baru dirilis dan didukung Microsoft. Teknologi ini akan meniru gaya pembicara asli dan akan lebih natural dibandingkan alih suara tradisional,” ujar Spotify pada 25 September 2023 seperti dilansir Channel News Asia.
Hadirnya fitur penerjemah berbasis kecerdasan buatan tersebut merupakan langkah terbaru dari perusahaan Swedia itu untuk memanfaatkan penggunaan teknologi kecerdasan buatan generatif yang telah mencuri perhatian dunia setelah kemunculan ChatGPT. Dengan hadirnya fitur canggih ini, Spotify bertujuan untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan meningkatkan pendapatan.
- Kementerian ESDM Ungkap 3 Perusahaan Migas Ingin Ganti Kontrak
- Transaksi Bursa Karbon Hari Pertama Tembus Rp29,2 Miliar
- Karya Mahasiswa Prodi DKV Darmajaya Raih Juara Favorit Desain Maskot Investor “Turn Me Into A Mascot” EKUID
- KTT AIS 2023 Upaya Indonesia Menjadi Negara Maritim Kuat
Spotify juga mengumumkan rencana untuk menyediakan terjemahan suara dalam berbagai bahasa, termasuk Spanyol, Prancis, dan Jerman, untuk sejumlah episode katalog tertentu dan episode yang akan datang. Ini diharapkan dapat memperluas pendengar acara tersebut.
Spotify telah berinvestasi secara besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir pada bisnis podcastnya, dengan harapan bahwa tingkat engagement yang lebih tinggi yang ditawarkan oleh format tersebut akan mendatangkan lebih banyak pengiklan.
Namun langkah tersebut berujung pada meningkatkan pengeluaran operasional perusahaan yang melonjak dua kali lipat dibandingkan kecepatan pertumbuhan pendapatannya tahun lalu.
Selain itu, dunia usaha juga sedang mengurangi pengeluaran untuk belanja iklannya karena kenaikan suku bunga yang terjadi serta inflasi yang tinggi.(*)