Sempat Dapat Penolakan, Begini Lika-Liku Komunitas Jendela Lampung Tingkatkan Minat Baca Anak

Eva Pardiana - Selasa, 13 Februari 2024 21:23
Sempat Dapat Penolakan, Begini Lika-Liku Komunitas Jendela Lampung Tingkatkan Minat Baca AnakKomunitas Jendela Lampung bergerak di bidang literasi dan berfokus meningkatkan minat baca pada anak-anak di kawasan marjinal. (sumber: Dok. KJL)

BANDAR LAMPUNG – Mengabdikan diri secara sukarela bagi kepentingan banyak orang terkhusus dalam peningkatan minat baca memang bukan perkara gampang.

Dibutuhkan mental dan komitmen kuat untuk bisa konsisten hingga akhir. Hal ini pula yang dialami oleh para relawan yang ada di Komunitas Jendela Lampung.

Komunitas yang bergerak di bidang literasi tersebut berfokus meningkatkan minat baca pada anak-anak di kawasan marjinal.

"Komunitas Jendela Lampung ialah komunitas yang bergerak di bidang literasi dan pendidikan anak, sebagaimana visi kita komunitas berjiwa muda dan berkarya terhadap pendidikan anak usia dini," ungkap Asta Yuliantara, Kepala Koordinator Program Jendela Lampung Jumat (9/2/2023) saat menjadi narasumber Podcast Kongsi (Kongko Bareng SMSI Bandar Lampung).

Lebih lanjut, komunitas Jendela Lampung berdiri tahun 2014, atau lebih tepatnya pada tanggal 13 November. Memang, dijelaskan Asta, jauh sebelum itu komunitas ini sudah ada di Jogja, dan untuk di Lampung ini berlokasi di TPA Bakung.

Asta menambahkan, kenapa mereka fokus di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)? Karena Komunitas Jendela Lampung melihat banyak anak-anak yang bisa dibilang minat bacanya kurang, dan komunitas ini tergerak untuk meningkatkan minat baca itu.

"Kita tahu bahwa tingkat literasi di Indonesia terutama di Lampung apalagi di daerah-daerah yang bisa dikatakan terpinggirkan itu masih kurang, dan kami berupaya untuk meningkatkan minat baca anak-anak di sana, anggota yang merintis pada saat itu awalnya hanya 7 orang," jelasnya.

Perjalanan awal tidaklah mudah, penolakan pun sempat mereka rasakan, terutama dari para orang tua anak-anak. Para orang tua berfikir, lebih baik anaknya membantu mencari uang dibandingkan fokus di pendidikan.

"Dalam artian mohon maaf, para anak-anak disini kan banyak yang mengais rezeki dengan mencari apa yang bisa dijual dari sampah di TPA Bakung ini. Hingga akhirnya, kita berikan pengertian dan para orang tua pun memahami bahwa pendidikan itu penting," paparnya.

Asta tak menampik, masih banyak kekurangan Komunitas Jendela Lampung dalam upanya meningkatkan literasi. Kekurangan volunteer (relawan) masih menjadi masalah yang dialami oleh komunitas ini.

"Untuk kendalanya, setiap organisasi pasti ada kendala, baik dari internal maupun eksternal dan kami jujur masih ada kendala yakni volunteer kami yang masih kurang," kata Asta.

Disinggung ada berapa anak-anak yang tergabung di Jendela Lampung ini, Asta menyampaikan, total sebanyak 80 anak yang tergabung atau biasa disebut adik-adik rumah baca oleh komunitas ini.

"Di TPA Bakung anak-anak didik kami ada dari umur 3 tahun dan paling besar itu kelas 2 SMP. Hingga saat ini kami juga masih membuka untuk teman-teman bisa bergabung di komunitas kami. Total ada sekitar 80 anak tergabung," ucapnya.

Dari jumlah tersebut, komunitas Jendela Lampung juga mengajarkan anak berkebutuhan khusus.

"Ada satu anak yang mempunyai kebutuhan khusus yaitu gangguan pendengaran. Kami mengajarkan melalui adiknya, agar bisa berkomunikasi. Kekurangan kami memang belum adanya volunteer yang mengajarkan bahasa isyarat, namun kedepan kami berencana menghadirkan relawan khusus," pungkasnya.

Selain itu Asta menerangkan, sejak awal Jendela Lampung berdiri secara mandiri, buku-buku yang digunakan untuk pendidikan anak-anak berasal dari pribadi.

"Untuk saat ini, kita sudah mendapatkan donatur untuk buku-buku yang dibutuhkan oleh para anak-anak. Kami juga, membuka donasi bagi para donatur yang ingin memberikan buku-buku," tandasnya. (*)

Editor: Eva Pardiana
Bagikan

RELATED NEWS