Riset TikTok dan BCG Sebut Jenis Konten Paling Disukai Pengguna
Yunike Purnama - Sabtu, 27 Agustus 2022 06:30
BANDAR LAMPUNG - TikTok bekerjasama dengan Boston Consulting Group (BCG) untuk membuat riset atau survei yang berjudul "Shoppertainment: APAC's Trillion-Dollar Opportunity".
Riset TikTok dan BCG menunjukkan pengguna TikTok lebih menyukai konten yang seperti apa sehingga bisa disesuaikan oleh brand.
Shoppertainment dilakukan di seluruh pasar Asia Pasifik termasuk Indonesia, Thailand, Vietnam, Australia, Korea Selatan, dan Jepang.
- Realisasi Invetasi di Bandar Lampung Triwulan II/2022 Baru 36 Persen dari Target
- Jelang Penutupan, Donny Irawan Satu-Satunya Pendaftar Bakal Calon Ketua SMSI Lampung
- KAI Rencana Ganti Kursi Tegak Kelas Ekonomi
Penting adanya untuk brand memerlukan wawasan mengenai konten yang akan dibagikan. Hal tersebut juga menjadi alasan TikTok dan BCG menghadirkan survei ini.
Menurut TikTok, survei ini memberikan wawasan bagi brand tentang pengaruh teknologi terhadap perilaku belanja konsumen.
TikTok berpendapat konsumen saat ini semakin membutuhkan pengalaman menghibur saat mereka memilih produk ataupun melakukan pembelian, atau yang biasa disebut Shoppertainment.
Shoppertainment merupakan pendekatan penjualan dan promosi yang berbasis konten digitan dan menggabungkan unsur hiburan serta edukasi.
Pendekatan ini menciptakan cara yang menarik bagi brand untuk mengubah interaksi mereka dengan konsumen melalui format "video-first, sound-on".
Menurut survei dari TikTok dan BCG ini, pendekatan shoppertainment ini memberikan pengaruh pada pertumbuhan brand, tepatnya sebesar 63%, terutama di Indonesia, Jepang, dan Korea Selatan.
"Shoppertainment menggabungkan konten, culture, dan kegiatan penjualan dengan cara yang mulus," ujar Sam Singh, Vice President of Global Business Solutions, TikTok APAC.
Dengan pendekatan tersebut, Singh berpendapat brand dapat berinteraksi dengan audiens selama berbelanja, tanpa terlalu 'berjualan' secara terang-terangan.
Studi ini mengungkapkan bahwa konsumen di Asia Pasifik mengharapkan brand untuk fokus pada hiburan, sebelum memberikan informasi produk dan langkah untuk membelinya.
- Perkuat Bisnis Broadband dan Mobile, Telkom Rencana Alihkan Indihome ke Telkomsel
- Sedang di Jawa Barat, Rektor Unila Dikabarkan Kena OTT KPK
- Sejak Menjabat Rektor Unila, Harta Kekayaan Karomani Naik Rp711 Juta
Hal ini dilakukan untuk mengajak konsumen beralih dari tahap awareness ke tahap desire, dan akhirnya maju ke tahap conversion, secara mulus.
Kesenangan dan hiburan
81% responden mengharapkan konten bercerita dan pendidikan, sementara 76% responden mengaku tertarik pada format video-first.
Konten tersebut dapat dibuat oleh influencer dan kolaborasi brand yang ditampilkan melalui TV belanja atau livestreamdan dibalut unsur komedi.
Kredibel dan asli
71% responden menemukan bahwa orisinalitas atau authenticity penting dalam membuat konten menarik.
TikTok menyarankan para brand dapat menciptakan sentimen brand yang autentik, dengan ulasan yang kredibel dan percakapan komunitas yang terbuka dan menarik.
Pastinya dapat menginspirasi komunitas melalui ulasan produk atau video unboxing.
Inspirasi dan kesenangan
71% responden mengharapkan brand tidak memaksakan pengambilan keputusan saat berinteraksi dengan konsumen.
Para brand harus memastikan kontennya bisa sesuai dengan minat dan hobi target konsumen.
Sehingga konsumen menimbulkan perasaan bahagia atau membangkitkan kenangan yang positif.
Tren dan komunitas
Sejumlah 65% responden ingin melihat saran dan rekomendasi tepercaya tentang brand online.
Penting untuk menyertakan suara pakar komunitas yang kredibel dan tepercaya, sehingga obrolan ini pun bisa diteruskan oleh pengguna kepada teman dan pengguna lainnya.
Indonesia penyumbang terbesar pertumbuhan konsep shoppertainment
Menurut survei TikTok dan BCG menyimpulkan di Indonesia sendiri, konsumen sangat terbuka untuk mengadopsi shoppertainment sebagai bagian dari kegiatan belanja mereka.
Sebanyak 83% dari responden Indonesia menyatakan bahwa mereka menonton video sebelum akhirnya membeli produk tersebut.
Selain itu, konten video mempengaruhi keputusan mereka untuk membeli kategori fesyen, kecantikan, dan elektronik mencapai lebih dari 50%. (*)