Pilihan Rekomendasi Saham Perbankan dan Komoditas untuk Trading Pekan Ini

Yunike Purnama - Senin, 05 Desember 2022 11:22
Pilihan Rekomendasi Saham Perbankan dan Komoditas untuk Trading Pekan IniIlustrasi pergerakan IHSG. (sumber: Ismail Pohan/TrenAsia)

JAKARTA - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi perdagangan Senin, 5 Desember 2022 dibuka melemah. Namun, tidak berselang lama indeks bursa saham nasional bangkit dan bergerak di zona hijau.

Melansir data RTI, IHSG dibuka melemah 31,94 poin atau 0,45 persen ke posisi 6.995,98. Setelah dibuka melemah, IHSG terus merangkak naik, di mana pada pukul 09.35 WIB menguat 20,79 poin atau 0,30 persen ke 7.040,43.

Statistik mencatat, 218 saham menguat, 249 melemah, dan 189 lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi mencapai Rp 2,51 triliun dengan volume 4,93 miliar saham.

Untuk keperluan trading pekan ini, Indo Premier Sekuritas merekomendasikan saham-saham sektor perbankan dan komoditas. Saham-saham yang direkomendasikan ini memiliki bobot besar dan year to date kinerjanya cukup baik.

Pilihan Rekomendasi Saham Pekan Ini

Saham-saham yang layak buy dan ditradingkan hingga 9 Desember 2022 mendatang, terang Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas Mino, yakni BBRI (Support  4,750 Resist 5,025), BMRI (Support 10,150 Resist 10,875), BBNI (Support 9,350 Resist 10,100), ADRO (Support 3,710 Resist 3,980), PTBA (Support 3,640 Resist 3,920), ANTM (Support 1,940 Resist 2,150), INCO (Support 7,100 Resist 7,750), MDKA (Support 4,260 Resist 4,590), PGAS (Support 1,840 Resist 1,940), INDF (Support 6,550 Resist 7,050), ICBP (Support 9,900 Resist 10,500), AKRA (Support 1,360 Resist 1,540), PWON (Support 470 Resist 490) dan INTP (Support 9,800 Resist 10,150).

Mino menjelaskan pada dasarnya ada 2 sentimen yang bakal memengaruhi pergerakan saham-saham pada pekan ini yakni sentimen domestik dan sentimen eksternal. Dari sisi domestik ada data cadangan devisa November, indeks keyakinan konsumen November dan pejualan ritel Oktober. Sementara itu dari sisi eksternal ada ekspektasi The Fed menurunkan besaran kenaikan suku bunga acuan, harga komoditas, klaim pengangguran dan inflasi produsen.

"Penurunan posisi cadangan devisa pada Oktober 2022 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," tegas Mino dalam risetnya pada Senin, 5 Desember 2022.

Ia menandaskan jika cadangan devisa turun drastis maka dampaknya akan negatif, tetapi jika naik maka akan positif. Selanjutnya meeting The Fed pada 14 Desember bisa saja membuat Rupiah tertekan, tetapi jika data cadangannya naik maka akan bisa menahan.

"Menariknya. cadangan devisa kita terakhir di Oktober US$130 miliar cukup aman untuk membiayai impor 5,8 bulan di atas standar kecukupan internasional 3 bulan," tandasnya.

Sementara itu terkait indeks keyakinan konsumen November, terangnya, survei konsumen Bank Indonesia pada Oktober 2022 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

"Kalau angkanya masih di atas 100 maka konsumen cukup yakin dan pada Oktober lalu angkanya di 120. Jadi dengan keyakinan konsumen ini, harapannya ekonomi akan bergerak positif."

Selanjutnya terkait penjualan ritel Oktober, imbuh Mino, pada September 2022 lalu pertumbuhan penjualan eceran juga tercatat tetap kuat yakni tumbuh 4,56% (yoy).

Kinerja penjualan eceran ditopang oleh perbaikan pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya di tengah melambatnya pertumbuhan kelompok bahan bakar kendaraan bermotor dan subkelompok sandang.

"Harapannya di bulan penjualan eceran di Oktober masih akan positif," tandasnya.

Terkait sentimen dari eksternal, ekspektasi The Fed yang menurunkan besaran kenaikan suku bunga acuan akan masih menjadi isu dominan. (*)

Editor: Redaksi
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS