Pertumbuhan Kredit Perbankan Capai 10,53 Persen pada Januari 2023

Yunike Purnama - Jumat, 17 Februari 2023 05:35
Pertumbuhan Kredit Perbankan Capai 10,53 Persen pada Januari 2023Bank Indonesia (BI) mencatat penyaluran kredit perbankan tumbuh sebesar 10,53% secara tahunan (yoy) pada Januari 2023. (sumber: Ismail Pohan/TrenAsia)

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat penyaluran kredit perbankan tumbuh sebesar 10,53% secara tahunan (yoy) pada Januari 2023. Nilai tersebut sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,35% yoy seiring pola musiman awal tahun.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, tingginya kredit atau pembiayaan didorong oleh sisi penawaran didukung likuiditas yang memadai dan standar penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan yang tetap longgar.

"BI akan terus mendorong perbankan untuk meningkatkan intermediasi guna mendukung pemulihan ekonomi. Sementara dari sisi permintaan, kenaikan kredit atau pembiayaan ditopang oleh permintaan korporasi termasuk UMKM dan konsumsi rumah tangga yang terus membaik," ujarnya dalam Rapat Dewan Gubernur BI Bulanan Februari 2023 pada Kamis, 16 Februari 2023.

Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit juga terus berlanjut, khususnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) tumbuh tinggi sebesar 29,66% yoy selama 2022. Pada perbankan syariah, pembiayaan tumbuh lebih tinggi mencapai 20,9% yoy pada Januari 2023.

Di samping itu, risiko kredit juga terkendali, tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) yang rendah sebesar 2,44% (bruto) dan 0,71% (neto) pada Desember 2022. Dari sisi permodalan, masih tetap kuat dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 25,63% pada Desember 2022.

Tak hanya itu, Perry mengatakan, likuiditas perbankan pada Januari 2023 masih terjaga didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,03% yoy. Ketahanan perbankan yang kuat juga tecermin pada hasil stress test Bank Indonesia.

"Ke depan, BI akan terus memperkuat sinergi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam memitigasi berbagai risiko makro ekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan," pungkas Perry. (*)

Editor: Redaksi
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS