Kurs Rupiah Melemah di Awal Pekan

Yunike Purnama - Senin, 11 April 2022 10:05
Kurs Rupiah Melemah di Awal PekanIlustrasi (sumber: trenasia.com)

JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah melemah pada pembukaan perdagangan awal pekan ini. Mata uang Garuda keok terhadap mata uang Negeri Paman Sam tersebut.

Mengutip data Bloomberg, Senin, 11 April 2022, kurs rupiah turun 11,5 poin atau setara 0,08 persen ke posisi Rp14.373 per USD dari Rp14.361 per USD pada perdagangan hari sebelumnya.

Rupiah sendiri berada pada rentang Rp14.371 per USD sampai Rp14.386 per USD dengan year to date return 0,77 persen. Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah stagnan di level Rp14.355 per USD.

Analis pasar uang Ibrahim Assuabi dalam analisis hariannya menyampaikan pada perdagangan rupiah pada awal pekan ini dibuka fluktuatif. Namun begitu, ia tak memungkiri jika gerak mata uang Garuda tersebut lebih condong ke zona merah di sepanjang hari ini.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.350 per USD hingga Rp14.390 per USD pada Senin," jelas Ibrahim, Senin, 11 April 2022.

Ia melihat pelemahan rupiah terjadi karena sejumlah faktor. Di antaranya lantaran investor mencerna sinyal hawkish dari Federal Reserve.

"Investor juga bertanya-tanya apakah nilai mata uang sudah mencerminkan langkah pengetatan lebih lanjut. Patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun juga mencapai level tertinggi tiga tahun selama sesi sebelumnya," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya, Jumat, 8 April 2022.

Lebih jauh Ibrahim menjelaskan bahwa Presiden Fed St. Louis James Bullard terus membunyikan alarm tentang inflasi. Dia mengatakan, The Fed tetap tertinggal dalam perjuangannya melawan inflasi meskipun kenaikan suku bunga hipotek dan imbal hasil obligasi pemerintah telah berpacu menjelang perubahan aktual dalam target suku bunga dana federal bank sentral.

"The Fed juga mengatakan akan mengurangi neraca Fed setelah pertemuan Mei sebanyak USD95 miliar per bulan, awal dari pembalikan stimulus besar-besaran yang dipompa ke perekonomian selama pandemi," tuturnya.

Dari faktor domestik, tingkat inflasi pada April berpotensi naik akibat terbebani beban masyarakat. Demand pada bulan Puasa atau Lebaran meningkat, sedangkan di sisi lain ada kebijakan pemerintah yang berpotensi untuk terjadinya inflasi.

Menurutnya beberapa kebijakan pemerintah yang mengerek inflasi pertama penyesuaian harga LPG pada 27 Februari 2022, Penyesuaian harga BBM jenis Pertamax per 1 April 2022, dan penyesuaian PPN menjadi 11 persen di 1 April 2022.

Selain itu kenaikan harga pangan juga bakal berkontribusi pada kenaikan inflasi, mulai dari harga pada cabai merah, minyak goreng, dan telur ayam ras di Maret. Kenaikan BBM dan emas juga selama ramadan ini bakal menyumbang inflasi.

Dampak inflasi yang tinggi harus diantisipasi pemerintah, sebab bakal memicu kenaikan angka kemiskinan hingga daya beli masyarakat. Dampak paling terlihat adalah pada penurunan daya beli masyarakat.

"Konsumsi rumah tangga saat ini memiliki share terbesar dari total PDB Indonesia. kemudian inflasi yang tinggi di bahan pangan akan membebani masyarakat menengah bawah," pungkas Ibrahim. (*)

Editor: Yunike Purnama
Tags Melemah Bagikan
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS