Kegagalan yang Selamatkan Perekonomian RI Dari Resesi

Yunike Purnama - Jumat, 07 Oktober 2022 06:19
Kegagalan yang Selamatkan Perekonomian RI Dari ResesiIlustrasi aktivitas ekspor impor (sumber: Indonesia.go.id)

JAKARTA - Perekonomian Indonesia kembali "diselamatkan" oleh sebuah kegagalan, lantaran kecilnya kontribusi ekspor ke pertumbuhan serta terbatasnya peran RI dalam perdagangan global.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor berkontribusi sebesar 23,2% kepada Produk Domestik Bruto (PBD) nasional pada kuartal II-2022. Secara keseluruhan, kontribusi ekspor kepada PDB nasional pada 2021 mencapai 21,56%. Kontribusi tersebut meningkat dibandingkan pada periode pra-pandemi 2017-2019 di mana share ekspor ke pertumbuhan hanya 19%.

Kendati meningkat pada tahun ini, kontribusi ekspor ke pertumbuhan tetap lebih kecil dibandingkan konsumsi rumah tangga atau investasi. Peran konsumsi rumah tangga kepada pembentukan PDB nasional rata-rata mencapai 56% sementara investasi ada di kisaran 27-30%.

Dengan peran ekspor yang terbatas ke pertumbuhan maka ekonomi Indonesia tidak akan terlalu terguncang dengan naik turunnya ekspor. Kondisi ini berbanding terbalik dengan konsumsi rumah tangga. Pada periode kuartal II-2020 hingga kuartal I-2021, ekonomi Indonesia masuk ke jurang resesi karena konsumsi rumah tangga terkontraksi.

Mantan Menteri Keuangan dan ekonom senior M. Chatib Basri menjelaskan peran ekspor yang rendah ke pertumbuhan tidak bisa dilepaskan dari kurang kompetitifnya produk ekspor barang dan jasa Indonesia.

Sebagai catatan, lebih dari 50% ekspor Indonesia masih dalam bentuk komoditas. Sekitar 30% ekspor Indonesia bahkan ditopang oleh dua komoditas penting yakni minyak sawit dan batu bara. Indonesia juga bukan Singapura yang menyediakan banyak jasa untuk aktivitas ekspor.

Berdasarkan data Bank Dunia, nilai ekspor barang dan jasa Indonesia setara dengan 21,6% dari PDB sementara Singapura menembus 185% dari PDB.

"Kita sebetulnya pengen kayak Singapura, ekspor kompetitif, tapi kita gak terlalu kompetitif, sekali ini kita beruntung karena gak kompetitif. Kalau kita kompetitif, itu dampak dari globalnya lebih dalam," tutur Chatib dikutip dari CNBC Indonesia.

Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tersebut menjelaskan Indonesia sudah beberapa kali "diselamatkan" oleh terbatasnya peran ekspor ke pertumbuhan.

"Pada 2008 kenapa (Indonesia,Red) gak kena terlalu dalam waktu global financial crisis, pressure ekspor terhadap GDP-nya itu juga relatif kecil," imbuhnya.

Sebagai catatan, krisis finansial pada 2008 menyeret perekonomian Amerika Serikat ke jurang resesi. Perekonomian global juga terimbas parah karena krisis keuangan menyebar ke jalur perdagangan.

Perdagangan global hanya tumbuh 2% pada 2008, turun jauh dibandingkan pada 2007 yang tumbuh 6%. Namun, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 6% atau turun tipis dibandingkan 2007 yang tercatat 6,3%.

"Kita pengen ekspor kompetitif, kita mau ekspor kita mendunia, gak dapet-dapet, coba bayangin kalau ekspor mendunia, begitu global kolaps, kena kita kayak Singapura," ujar Chatib. (*)

Editor: Yunike Purnama
Bagikan
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS