Investor Kembali Mulai Buru SBN Lagi, Ada Apa?

Yunike Purnama - Jumat, 14 Oktober 2022 08:54
Investor Kembali Mulai Buru SBN Lagi, Ada Apa?Ilustrasi SBN (sumber: Sun)

JAKARTA - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Kamis, 13 Oktober 2022.

Mayoritas investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan. Hanya SBN tenor 15 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 15 tahun naik 3 basis poin (bp) ke posisi 7,326% pada perdagangan hari ini.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara kembali turun 0,7 bp menjadi 7,353%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Beralih ke AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) terpantau kembali bervariasi pada pagi hari ini. Rilis data inflasi periode September, menjadi salah satu yang mempengaruhi pergerakan Treasury.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun naik 0,6 bp menjadi 4,293%.

Sedangkan untuk yield Treasury benchmark tenor 10 tahun cenderung menurun 1,2 bp menjadi 3,89% pada pagi hari ini waktu AS.

Inflasi dari sisi konsumen (consumer price index/CPI)AS periode September 2022 dilaporkan tumbuh 0,3% month to month (mtm), dan 8,2% year on year (yoy)

Konsensus analis Dow Jones memprediksikan CPI per September 2022 naik 0,3% (mtm). Naik dari bulan sebelumnya di 0,1%. Namun, angka inflasi secara tahunan diperkirakan akan melandai ke 8,1% (yoy).

Sebelumnya, data inflasi dari sisi produsen (producer price index/PPI) periode bulan lalu telah dirilis terlebih dahulu pada Rabu kemarin. Hasilnya, ada yang naik, ada yang turun tipis.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada Rabu kemarin melaporkan PPI bulan lalu naik 0,4% secara bulanan. Posisi tersebut lebih tinggi dari prediksi analis Dow Jones di 0,2%. Pada basis tahunan, PPI berada di 8,5%, melandai dari bulan sebelumnya di 8,7%.

Secara rinci, tidak termasuk makanan, energi dan jasa perdagangan, indeks meningkat 0,4% untuk bulan ini dan 5,6% dari tahun lalu.

Harga makanan membantu mendorong kenaikan inflasi barang, dengan kenaikan bulanan sebesar 1,2%. Sementara harga energi juga naik 0,7%.

Kenaikan pada CPI AS diprediksikan terdampak dari kenaikan PPI AS periode September 2022 yang telah dirilis terlebih dahulu kemarin.

Inflasi tinggi akan menurunkan daya beli, sementara suku bunga tinggi akan menghambat ekspansi dunia usaha hingga belanja rumah tangga, sehingga perekonomian terancam mengalami resesi.

Dengan suku bunga ditahan di level tinggi, ada risiko resesi bisa semakin panjang.

Investor juga cenderung merespons negatif dari risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

The Fed mengaku terkejut dengan laju inflasi yang masih meninggi hingga kini. The Fed kemudian mengindikasikan bahwa mereka mengharapkan suku bunga yang lebih tinggi untuk tetap di tempatnya sampai harga turun.

"Partisipan melihat jika inflasi masih terlalu tinggi dan jauh di atas target 2% yang ditetankan Committee. Partisipan menekankan tindakan yang terlalu sedikit dalam menurunkan inflasi bisa memakan ongkos yang jauh lebih besar," tulis risalah FOMC.

"Sejumlah partisipan menggarisbawahi pentingnya stance tegas selama mungkin yang diperlukan. Pengalaman sejarah menunjukkan bahayanya mengakhiri kebijakan ketat secara prematur," tambah risalah tersebut.

Dengan kenaikan PPI dan sikap hawkish The Fed, pelaku pasar pun kemudian berekspektasi jika The Fed masih akan menaikkan suku bunga secara agresif pada November mendatang.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, pasar yang memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin (bp) memiliki probabilitas mencapai 15,2%. Sedangkan yang memprediksi kenaikan sebesar 75 bp memiliki probabilitas mencapai 84,8%.(*)

Editor: Yunike Purnama
Tags Imbal hasil SBN Bagikan
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS