Indonesia Perdana Lepas Satelit Nano ke Orbit Rendah Bumi, Klaim Mampu Deteksi Bencana
Yunike Purnama - Jumat, 06 Januari 2023 18:03JAKARTA - Satelit nano pertama karya anak bangsa, Surya Satellite-1 (SS-1), resmi dilepaskan ke orbit rendah Bumi atau Low Earth Orbit (LEO) pada Jumat, 6 Januari 2023.
Pelepasan dilangsungkan dari International Space Station (ISS).
Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Robertus Heru Triharjanto, mengatakan SS-1 akan beroperasi di ketinggian 400-420 km di atas permukaan bumi dengan sudut inklinasi 51,7 derajat.
- Gubernur Arinal Resmikan Pembangunan Jalan dan Pedestrian Ruas Mayjend. H.M Ryacudu
- 271 Saham Menguat, IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik di 0,46 Persen
- BI: Cadangan Devisa Indonesia Meningkat Jadi US$ 137,2 Miliar pada Desember 2022
Nantinya satelit itu akan berfungsi sebagai (Automatic Package Radio System) untuk kebutuhan Radio Amatir (ORARI) dan juga dapat difungsikan untuk komunikasi dalam bentuk SMS gratis sekaligus sebagai alat pedeteksi kebencanaan.
"Pelepasan SS-1 menuju orbit akan memberikan suntikan motivasi terhadap pentingnya penguasaan teknologi satelit untuk Indonesia. Selain itu juga untuk membangun kapabilitas generasi muda dalam penguasaan teknologi satelit," ungkap Heru.
"BRIN akan selalu mendukung pengembangan satelit yang dikembangkan oleh universitas maupun startup Indonesia dengan keahlian yang telah dimiliki, dalam skema dukungan riset, serta fasilitas pengujian dan integrasi satelit yang disiapkan oleh BRIN,” tambahnya.
Satelit nano SS-1 sendiri memiliki dimensi yang sangat kecil, yaitu hanya 10 x 10 x 11.35 cm dengan berat hingga 1,3 kg. Ukuran satelit nano ini jauh lebih ke il dibanding satelit konvensional yang berukuran meteran dengan bobot hingga berton-ton.
SatelitbSS-1 diinisiasi oleh engineer muda Indonesia dari Surya University bekerja sama dengan ORARIsejak Maret 2016. Pada 2017, SS-1 memulai pengerjaan dan pelatihan pembuatan nano satelit dengan supervisi dari para periset di Pusat Teknologi Satelit.
Satelit SS-1 dikembangkan oleh tujuh orang mahasiswa dari Surya University, yaitu Hery Steven Mindarno, Setra Yoman Prahyang, M. Zulfa Dhiyaulfaq, Suhandinata, Afiq Herdika Sulistya, Roberto Gunawan, dan Correy Ananta Adhilaksma.
Peluncuran dan pelepasan SS-1 ke orbit juga tak lepas dari peran United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA) dan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA). Pada Februari 2018, Tim SS-1 mengikuti sayembara program KiboCUBE yang diinisiasi oleh kedua organisasi antariksa tersebut.
Pada Agustus 2018, Tim SS-1 diumumkan menjadi pemenang pada sayembara tesebut sehingga memperoleh slot peluncuran Nanosatelit dari ISS. SS-1 kemudian melewati beberapa uji coba yang terdiri dari Final Functional Testing hingga Environment Testing yang dilakukan di Pusat Teknologi Satelit LAPAN, Bogor.
- PTPN VII Bersama PT Cereno Energi Teken Kerja Sama Pertambangan Batubara
- Cek Daftar Bansos dan BLT yang akan Cair di 2023
- 20 Link Twibbon Tahun Baru 2023, Gratis dan Desain Mewah
Setra Yoman Prahyang, selaku pemimpin proyek mengaku bersyukur desain satelit ini dapat bersaing dengan cubesat internasional lainnya sehingga memperoleh slot peluncuran dari ISS. Ia juga turut berterima kasih telah mendapat akses ke fasilitas pengujian BRIN, seperti vibration test, vacuum test dan thermal test.
“Melalui pelepasan SS-1 ke orbit ini, kami berharap dapat mempromosikan Nano Satellite pertama Indonesia yang akan diorbitkan ke luar angkasa. Sekaligus juga ingin menginspirasi praktisi, akademisi dan peneliti generasi muda di Indonesia khususnya di bidang keantariksaan,” pungkas Setra. (*)