Bisnis Buy Now Pay Later di Industri Multifinance Makin Marak

Yunike Purnama - Jumat, 16 Desember 2022 10:06
Bisnis Buy Now Pay Later di Industri Multifinance Makin MarakIlustrasi bisnis Buy Now Pay Later (sumber: Freepik )

JAKARTA - Bisnis Buy Now Pay Later (BNPL) di Indonesia makin ramai. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya perusahaan pembiayaan yang menyediakan layanan paylater tersebut.

Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) bahkan mencatat pembiayaan paylater di industri multifinance telah mencapai Rp4,25 triliun hingga kuartal III 2022.

Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno mengatakan peningkatan transaksi tersebut hampir menyentuh pencapaian tahun lalu yakni sebesar Rp4,47 triliun.

Perusahaan pembiayaan sudah mengembangkan metode pembiayaan secara digital di mana pengajuannya secara online. Tetapi kami mempercayai bahwa penagihan harus offline," ujar Suwandi dalam paparannya secara virtual, Kamis , 15 Desember 2022.

Menurutnya, saat ini tak sedikit e-commerce di tanah air juga mengusung layanan paylater. Beberapa dari mereka menawarkan kredit kendaraan dengan skema paylater kepada industri pembiayaan.

"Mereka punya begitu banyak basis data nasabah yang sudah melakukan transaksi di e-commerce. Adapun nama-nama e-commerce yang sudah masuk ke industri pembiayaan yakni Shopee, Traveloka, Kredivo, dan Akulaku," ungkapnya.

Dengan demikian, industri pembiayaan dapat menawarkan peluang kepada masyarakat Indonesia untuk bisa memenuhi kebutuhannya. Hal ini juga dapat membuat industri pembiayaan tumbuh dan berkembang ke depannya dalam hal pembiayaan.

Sejalan dengan itu, per Oktober 2022, nilai outstanding piutang pembiayaan industri multifinance tumbuh 12,17% secara tahunan (yoy) menjadi sebesar Rp 402,6 triliun.

Dengan realisais itu, profil risiko pembiayaan masih terjaga dengan rasio non performing financing (NPF) tercatat turun menjadi sebesar 2,54% jika dibandingkan posisi September 2022 sebesar 2,58%.

Sementara outstanding pembiayaan yang direstrukturisasi juga terus menunjukan penurunan. Per September 2022 nilai financing at risk (FaR) di angka 14,56 persen dari total outstanding pembiayaan, dibandingkan dengan posisi September 2021 sebesar 23,5%. (*)

Editor: Redaksi
Bagikan
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS