Ada Sakit Maag? Ini Pola Makan yang Benar Selama Ramadan
Yunike Purnama - Rabu, 06 April 2022 09:16BANDARLAMPUNG - Spesialis Penyakit Dalam dr Bonita Effendi, Sp.PD, B.MedSci, M.Epid dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyatakan, pasien sakit maag sebaiknya cermat mengatur pola makan ketika menjalani puasa Ramadan. Ini agar mereka mendapat manfaat dari puasa yang dilakukan.
Salah satu yang disarankan oleh Bonita yakni berbuka puasa dengan porsi kecil terlebih dahulu.
"Ketika berbuka puasa sebaiknya tidak langsung makan dalam porsi besar, lakukan dengan bertahap, makan dengan porsi sedikit terlebih dahulu kemudian dengan frekuensi agak kering sampai jam sahur. Misalnya, berbuka dengan buah kurma,"jelasnya.
Selain itu, pasien maag sebaiknya memberi jeda antara waktu makan dan waktu tidur minimal 2 jam guna mencegah resiko naiknya asam lambung yang dapat menyebabkan refluks gastroesofageal, yakni gangguan pencernaan kronis apabila asam dari perut mengalir kembali ke esofagus atau kerongkongan.
Pasien juga disarankan untuk tidak melewatkan makan sahur. Ketika sahur, sebaiknya mengonsumsi karbohidrat kompleks agar dicerna tubuh lebih lambat sehingga pasien tidak mudah lapar.
- Menkeu Resmi Pungut Pajak Penyaluran LPG Non Subsidi
- Harga Emas Antam Turun Rp5.000 Rabu, 6 April 2022
- Mau Buka Puasa dengan Beragam Olahan Durian? Cobain Gila Durian
Jaga Tubuh Tetap Terhidrasi dan Kelola Emosi
Makanan yang meningkatkan asam lambung seperti cokelat, kopi, berlemak atau gorengan serta memiliki rasa asam dan pedas perlu dihindari pasien. Makan-makan tersebut berpotensi meningkatkan asam lambung.
Menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan minum air putih minimal 8 gelas per hari yang dibagi pada saat sahur dan berbuka. Juga, minum obat lambung sesuai anjuran dokter ketika sahur dan berbuka.
Pasien juga sebaiknya menerapkan anger management guna mencegah maag muncul terkait gangguan psikis (kecemasan).
Hal lain yang tak kalah penting menurut Bonita yaitu berkonsultasi dengan dokter karena setiap pasien memiliki kondisi penyakit yang berbeda.
"Kondisi pasien akan dilihat untuk menilai kemampuan tubuh untuk memastikan mungkin atau tidaknya pasien menunaikan kewajiban ibadah puasa," katanya.
- Itera Manfaatkan Limbah Sawit Jadi Kertas Pendeteksi Kesegaran Makanan
- Berbuka Puasa Sambil Donasi, Novotel Lampung Hadirkan Konsep Berbeda Selama Ramadan
- 5 Takjil Favorit Pilihan Masyarakat untuk Berbuka Puasa
Hindari Makan Balas Dendam
Menurut Bonita, puasa Ramadan bisa dikatakan sebagai prolonged intermittent fasting, yaitu dengan makan dua kali dalam sehari dengan jarak antara 2 makan sekitar 14 jam. Melalui puasa diharapkan asupan makan Anda akan menurunkan asupan kalori serta lemak.
Seiring berkurangnya asupan lemak, maka akan menurunkan asupan kolesterol. Nantinya diharapkan parameter pemeriksaan penunjang akan mengalami perbaikan seperti kolesterol total, trigliserida, LDL, asam urat, bahkan kadar glukosa darah.
"Asalkan dilakukan dengan pemilihan makanan dan minuman yang tepat dan tidak menerapkan kebiasaan 'makan balas dendam' dalam porsi besar saat berbuka dan sahur," pesan Bonita.(*)