Viral Kritik Soal Pembangunan Lampung, Abdul Hakim Minta Pemda Tanggapi dengan Bijak

2023-04-16T13:33:06.000Z

Penulis:Eva Pardiana

Editor:Eva Pardiana

Abdulhakim.jpg
Wakil Ketua Komite IV DPD RI asal daerah pemilihan Lampung, Abdul Hakim.

BANDAR LAMPUNG – Beberapa hari terakhir, jagat maya dihebohkan dengan kritik dari salah satu TikTokers Bima Yudo Saputro melalui akunnya @awbimaxreborn terkait alasan mengapa Lampung tidak maju-maju.

Dalam video tersebut, putra asal Raman Utara Lampung Timur yang sedang bersiap melanjutkan studi S1-nya di Australia itu memaparkan setidaknya ada 3 alasan yang membuat Lampung tidak maju-maju, di antaranya infrastruktur yang terbatas, sistem pendidikan yang lemah, tata kelola yang lemah, serta ketergantungan terhadap sektor pertanian.

Tangkapan layar akun TikTok @awbimaxreborn

Kritik bima ini viral hingga dilaporkan ke pihak yang berwajib oleh salah satu advokat Lampung, Gindha Ansori Wayka. Alasan pelaporan tersebut karena Bima dianggap menghina Lampung dengan penggunaan kata 'Lampung dajjal'.

Bahkan karena kasus ini, keluarga bima sempat didatangi pihak kepolisian setempat, hingga dipanggil oleh Bupati Lampung Timur. Meski begitu Bima banyak mendapat dukungan dari warganet karena keberaniannya menyampaikan aspirasi.

Terkait permasalahan ini, Wakil Ketua Komite IV DPD RI asal daerah pemilihan Lampung Abdul Hakim meminta pemda menanggapi dengan bijak. Menurutnya, apa yang dilakukan Bima merupakan respons khas generasi Z terhadap persoalan yang ada di sekitar, termasuk soal pembangunan daerahnya.

"Kritik itu hal biasa, sebelum Bima viral, sudah banyak anak muda yang menyampaikan kritik dengan beragam cara yang unik di media sosial. Jadi sebaiknya pemda tanggapi saja dengan proporsional dan fokus lakukan perbaikan," ungkap Hakim, Minggu, 16 April 2023.

Peristiwa ini juga harusnya menjadi momen bagi pemda khusunya kepala daerah untuk menunjukkan kepada publik, terutama generasi muda, bahwa pemda tidak anti terhadap kritik.

Hakim juga menyayangkan kedatangan pihak kepolisian ke rumah orangtua Bima di Lampung Timur. Hakim berpendapat, bagi banyak orang, kedatangan aparat kepolisian ini merupakan tekanan tersendiri. Sebab, persepsi yang muncul di masyarakat kebanyakan demikian.

Hakim mengapresiasi keberanian anak muda Lampung menyampaikan kritik untuk kemajuan daerahnya. Meski demikian, Hakim menganjurkan agar konten yang disampaikan juga menggunakan bahasa dan cara yang santun, serta mengedepankan masukan yang konstruktif.

Hakim berharap proses hukum tidak perlu dilanjutkan. Ia juga meminta keluarga Bima tidak mendapat tekanan apa-apa sebagai imbas dari viralnya kritik Bima di media sosial.

Hakim berpendapat, semua pihak mestinya bersyukur mendapat masukan dan kritik. Sebab, kritik adalah bagian dari solusi. Dengan adanya kritik, pemerintah bisa mengetahui adanya hal yang belum bisa maksimal dikerjakan dalam konteks pembangunan. (*)