Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
BANDARLAMPUNG - Seiring pertambahan usia, tantangan dan risiko yang dihadapi manusia cenderung meningkat. Untuk itu, perlu dilakukan manajemen risiko dengan perencanaan keuangan. Salah satu risiko berbiaya tinggi adalah gangguan kesehatan karena bisa jadi harus menyediakan sejumlah dana dalam waktu cepat untuk pengobatan.
Faculty Head of Sequis Training Academy of Excellence, Samuji mengatakan, manajemen risiko penting dilakukan demi menghindari atau mengurangi risiko kehilangan uang dalam jumlah besar seandainya terjadi musibah. Dari pendapatan yang diperoleh, misalnya gaji bulanan, haruslah diatur sedemikian rupa agar cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar cicilan.
"Dalam menyusun perencanaan keuangan menyisihkan pendapatan untuk kebutuhan harian semata tidak akan cukup untuk memenuhi keperluan hidup pada masa mendatang. Untuk itu, harus menyisihkannya juga untuk dana darurat serta asuransi jiwa dan kesehatan. Pastikan juga dana yang dimiliki masih cukup untuk tabungan dan investasi,” ujar Samuji dalam keterangan tertulis, Selasa (16/5/2023).
Dia menyarankan agar masyarakat melindungi diri dengan asuransi kesehatan sejak fase single dan sudah memiliki pendapatan karena premi yang dikenakan akan cenderung lebih murah jika usia calon nasabah masih muda dan kondisi kesehatan masih sehat.
"Dengan memiliki asuransi kesehatan maka kita akan merasa tenang sehingga pendapatan kelak bisa dialokasikan untuk kebutuhan masa depan lainnya, seperti investasi," kata Samuji.
Setelah melewati masa single, maka terdapat fase menikah dan berencana memiliki anak. Pada fase ini, ungkap Samuji, pendapatan akan banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan membangun keluarga, seperti merencanakan membeli hunian tempat tinggal, kendaraan, hingga memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Pada fase ini juga mungkin akan ada tambahan tanggungan anggota keluarga. Bagi yang memiliki balita, ada risiko tinggi terserang penyakit. Untuk itu, perlu asuransi kesehatan keluarga untuk mengurangi risiko gangguan finansial seandainya terjadi sakit pada masa pertumbuhan anak," jelas Samuji.
Fase selanjutnya adalah fase berkeluarga. Fase ini ditandai dengan anak bertumbuh besar dan bersekolah hingga ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Mengingat biaya pendidikan terus naik setiap tahun, sebaiknya orang tua menyiapkan asuransi pendidikan sejak dini.
“Pada fase berkeluarga ini, orang tua bertanggung jawab penuh soal pendanaan seluruh kebutuhan keluarga sehingga perlu memproteksi diri dengan asuransi jiwa. Pada asuransi jiwa ada Uang Pertanggungan (UP) yang dapat digunakan sebagai warisan untuk anak bila terjadi risiko kematian pada orang tua," imbuhnya.
Sementara itu, pada asuransi jiwa yang memiliki dana tunai, dapat digunakan untuk mempersiapkan masa pensiun. Pada fase ini, orang tua juga perlu mengamankan aset keluarga melalui asuransi penyakit kritis mengingat pertambahan usia orang tua akan membuat risiko sakit kritis meningkat.
Pada akhirnya masa produktif akan berakhir saat usia orang tua memasuki fase pensiun, yakni tidak ada lagi pendapatan tetap seperti saat masih produktif. Bagi mereka yang masih dikaryakan oleh perusahaan tempatnya bekerja yang mungkin masih ada pemasukan dalam jangka pendek.
Jika memiliki usaha yang sudah dimulai dari usia muda maka tinggal mengelolanya dengan serius. Demikian juga jika memiliki modal yang sudah disiapkan dapat digunakan untuk membuka usaha.
Samuji pun menyarankan agar para milenial mulai membiasakan diri dengan pola hidup sederhana dan disiplin melakukan perencanaan keuangan sehingga bisa mempersiapkan masa pensiun.
Salah satu cara mempersiapkan masa pensiun dapat melalui asuransi pensiun karena terdapat manfaat dana pensiun jika bertahan hidup hingga polis berakhir dan tentunya manfaat Uang Pertanggungan (UP) jika tertanggung meninggal dunia.
"Dengan memiliki asuransi pensiun maka saat masa tua tetap dapat hidup dengan nyaman dan sejahtera," pungkas Samuji.(*)