apln
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Yunike Purnama
BANDARLAMPUNG - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan OJK Suptech Integrated Data Analytics (OSIDA) yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas pengawasan. Sistem terintegrasi itu juga merupakan tindak lanjut dari Peta Jalan Pengembangan Perbankan 2020-2025.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan, OSIDA merupakan inisiatif pengawasan perbankan untuk membangun konsep pelaksanaan pengawasan kedepan yang inovatif dan game changer di luar dari hal-hal yang biasa dilakukan selama ini.
"Dengan adanya OSIDA, otomasi data analytics yang selama ini mayoritas masih di area descriptive analytics, bergerak dan mencakup otomasi di area diagnostic, predictive, dan prescriptive analytics yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pengawasan offsite maupun pemeriksaan onsite," kata Heru dalam Peluncuran OSIDA, Selasa, 29 Maret 2022.
OSIDA merupakan Supervisory Technology (Suptech) yang berfokus pada otomasi analisis data laporan Industri Jasa Keuangan (IJK) untuk mendeteksi sinyal early warning dan compliance check.
Itu diharapkan dapat mendeteksi anomali sebagai indikasi awal kelemahan governance pada aktivitas bisnis bank, potensi fraud, manipulasi data, dan ketidakpatuhan pada ketentuan. OSIDA turut membantu pengawas agar dapat melakukan intervensi dan supervisory actions lebih dini sebagai langkah antisipatif.
Tersedianya berbagai emerging technologies dan tools seperti Big Data Analytics, Artificial Intelligence/Machine Learning, dan teknologi terkini lainnya, memungkinkan pengawas untuk dapat melakukan data analytics yang lebih komprehensif, visualisasi data yang dinamis, serta analisis prediktif dan diagnostik yang lebih menyeluruh terhadap seluruh populasi data pelaporan industri perbankan di OJK yang telah bersifat granular.
Dengan demikian, di dalam melakukan analisis, pengawas tidak hanya menggunakan metode sampling tetapi dapat melakukan analisis awal secara populasi.
Melalui pemanfaatan OSIDA diharapkan dapat lebih fokus pada analisis mendalam, melakukan tindak lanjut atas red-flag yang dihasilkan dalam pengambilan keputusan. Fungsi data analytics OSIDA saat ini mencakup EDW SJK Terintegrasi untuk mengolah data pelaporan BI-Antasena, Big Data Analytics untuk mengolah data pelaporan SLIK, dan Sistem Artificial Intelligence based control for Incompliance and Irregularity (AICII) untuk mengolah data pelaporan BPR melalui APOLO.
Pada implementasi tahap awal, skenario analytics OSIDA masih pada lingkup analisis per individu bank dan industry-wide perbankan. "Mimpi kita selanjutnya adalah ini nanti bisa dilakukan oleh tiga sektor, tinggal satu langkah. Kalau data di pasar modal, kemudian data-data di IKNB bisa disatukan juga di dalam big data," imbuh Heru.
"Iini mimpi selanjutnya akan terwujud bahwa OSIDA itu akan bisa mendeteksi semua permasalahan, kemungkinan fraud yang akan terjadi di tiga sektor. Jadi pasti pengawasan terintegrasi itu akan menjadi lebih baik. Itu mimpi selanjutnya, dan pengembangan ini tidak terlalu lama juga kita bisa wujudkan," tambah Heru.
Hasil olahan OSIDA sudah dapat diakses oleh seluruh Pengawas Bank di Kantor Pusat, Kantor Regional dan Kantor OJK secara langsung melalui PC atau Notebook-nya masing-masing. Penerapan OSIDA merupakan bagian dari pengembangan Suptech yang saat ini semakin intensif dilakukan oleh seluruh otoritas pengawasan industri jasa keuangan di seluruh dunia. (*)