Tiga Perusahaan Fast Fashion yang Sempat Dituduh Lakukan Greenwashing

2023-09-28T09:15:33.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

IMG_2815.webp

BANDARLAMPUNG - Istilah greenwashing saat ini mungkin kerap diperbincangkan. Greenwashing adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau organisasi, di mana mereka mengeluarkan lebih banyak tenaga dan uang untuk menggambarkan diri mereka sebagai perusahaan yang ramah lingkungan daripada benar-benar meminimalkan dampak perusahaannya terhadap lingkungan. Greenwashing adalah taktik pemasaran yang bertujuan untuk memikat konsumen atau investor untuk mendukung bisnis yang peduli terhadap lingkungan.

Istilah greenwashing diciptakan oleh seorang ahli lingkungan Jay Westerveld pada tahun 1986, di mana ia mengkritik keanehan dalam gerakan ‘selamatkan handuk’ yang terjadi di hotel-hotel pada saat itu. Jay Westerveld berpendapat bahwa hotel-hotel mengklaim bahwa mereka tidak mencuci linen sebanyak-banyaknya untuk mengurangi penggunaan air, padahal hal tersebut dilakukan untuk menghemat biaya laundry.

Praktik greenwashing lazim terjadi di berbagai industri, seperti makanan dan minuman, otomotif, kosmetik, energi, bahkan fashion. Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui beberapa perusahaan fast fashion yang sempat disebut menerapkan praktik greenwashing berikut ini.

Perusahaan Fast Fashion yang Disebut Melakukan Greenwashing

Berikut beberapa pelaku fast fashion yang dituduh melakukan perilaku greenwashing, seperti yang dilansir Trenasia dari Capital Monitor pada Selasa, 26 September 2023.

H&M

Bisnis fast fashion memiliki kecenderungan untuk secara aktif mempublikasikan aktivitas mereka yang ramah lingkungan. Misalnya, pada tahun 2012, H&M merilis lini pakaian ramah lingkungannya sendiri dengan nama ‘Conscious Collection’.

Perusahaan tersebut mengklaim menggunakan polyester daur ulang dan kapas organik. Akan tetapi, para kritikus berpendapat bahwa lini pakaian tersebut hanyalah gimmick marketing agar brand tersebut terlihat lebih peduli terhadap lingkungan.

H&M secara khusus juga dilaporkan sempat dikritik oleh Norwegian Consumer Authority karena iklan palsu dalam koleksi baru mereka yang dilabeli ramah lingkungan. Otoritas tersebut mengatakan bahwa informasi mengenai keberlanjutan tidak cukup, terutama mengingat Conscious Collection diiklankan sebagai koleksi yang memiliki manfaat bagi lingkungan.

Zara

Merek fashion lain yang sempat dituduh melakukan greenwashing adalah Zara. pada tahun 2022, merek tersebut sempat memperkenalkan rangkaian pakaian ramah lingkungan edisi terbatas yang terbuat dari poliester yang dihasilkan dari captured carbon emission.

Akan tetapi, merek tersebut masih dikritik karena tetap mempromosikan konsep produksi berlebihan dan pembelian secara berlebihan yang menurut para kritikus membatalkan upaya ramah lingkungan tersebut.

Zara memang dikenal memiliki ambisi untuk lingkungan, seperti keinginan menjalankan seluruh operasi internal dengan energi terbarukan pada tahun 2030 dan bergerak menuju model ekonomi sirkular untuk memperpanjang siklus hidup produk. Perusahaan juga telah menyatakan tujuannya untuk hanya menggunakan poliester yang dapat didaur ulang dan kapas ramah lingkungan pada tahun 2040 serta mengurangi dan mengimbangi seluruh emisi.

Uniqlo

Retailer Jepang, Uniqlo juga sempat disebut melakukan greenwashing. Uniqlo memiliki ribuan cabang di seluruh dunia dan menggunakan bahan produksi yang murah seperti poliester dan nilon yang dijual dengan harga murah, sehingga reputasi keberlanjutan dari perusahaan tersebut seharusnya tidak mengejutkan.

Akan tetapi, baru-baru ini Uniqlo mencoba beralih ke strategi yang lebih ramah lingkungan dengan fokus pada teknologi yang memungkinkan produksi pakaian baru dari bahan daur ulang. Misalnya, dengan menciptakan infrastruktur hemat energi dan membantu Setouchi Olive Foundation dalam upaya menjaga dan merehabilitasi pulau-pulau dan wilayah pesisir Laut Pedalaman Seto.

Seperti yang dilansir dari Earth.org, kurangnya transparansi telah memicu tuduhan greenwashing terhadap Uniqlo, termasuk soal Uniqlo yang disebut tidak memberikan sertifikasi apapun untuk tekstil mereka. Selain itu, meski telah menetapkan target perubahan iklim untuk mengurangi emisi dalam rantai pasokannya, hingga saat ini merek tersebut dilaporkan gagal dalam melaporkan kemajuannya atau mengungkapkan penerapannya.

Itu tadi beberapa brand fast fashion yang sempat disebut melakukan penerapan greenwashing.(*)