Survei BI: Inflasi Minggu Kelima September 2022 di Angka 1,10 Persen

2022-10-01T07:10:29.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Yunike Purnama

Ilustrasi pasar tradisional
Ilustrasi pasar tradisional

JAKARTA - Survei Pemantauan Harga yang dijalankan Bank Indonesia (BI) pada minggu V September 2022 menunjukkan bahwa angka inflasi sampai dengan minggu kelima September 2022 di angka 1,10 persen (mtm).

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, komoditas utama penyumbang inflasi September 2022 sampai dengan minggu kelima yaitu bensin sebesar 0,91 persen (mtm) dan angkutan dalam kota sebesar 0,06 persen (mtm).

Sedangkan untuk angkutan antar kota, rokok kretek filter, dan beras masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), serta ikan kembung, pasir, semen dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).

Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu kelima September yaitu bawang merah sebesar -0,06 persen (mtm), cabai merah sebesar -0,04 persen (mtm), minyak goreng dan daging ayam ras masing-masing sebesar -0,03 persen (mtm), cabai rawit, tomat dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,02 persen (mtm), serta telur ayam ras dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm).

"Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," kata dia.

Erwin melanjutkan, Bank Indonesia mencatat Premi CDS Indonesia 5 tahun naik menjadi 162,63 basis poin per 29 September 2022 dari 147,68 basis poin per 23 September 2022.

Berdasarkan data transaksi 26 -29 September 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp 8,48 triliun terdiri dari jual neto Rp 5,38 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp 3,10 triliun di pasar saham.

Selama tahun 2022, berdasarkan data setelmen sampai dengan 29 September 2022, nonresiden jual neto Rp 158,67 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 69,57 triliun di pasar saham. (*)