Rupiah
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
BANDARLAMPUNG - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pekan ini, nilai kurs rupiah berpotensi melemah hingga menyentuh kisaran Rp15.800 per-dolar Amerika Serikat (AS).
Menurut Ibrahim, potensi pelemahan rupiah pada pekan ini disebabkan oleh melemahnya prospek perekonomian di wilayah ASEAN yang pada gilirannya akan berdampak kepada mata uang di kawasan tersebut, termasuk Indonesia.
"Rupiah minggu ini diperkirakan mendekati Rp.15.800 per-dolar AS," kata Ibrahim kepada wartawan, Selasa, 3 Oktober 2023.
Berakhirnya periode pemulihan pasca pandemi di Tiongkok, kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve Amerika Serikat (AS), pelemahan sektor semikonduktor, dan permintaan domestik yang rendah memberikan gambaran yang kurang optimis terhadap prospek ekonomi ASEAN, termasuk Indonesia.
Akan tetapi, di tengah perlambatan ekonomi global, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dalam kuartal terakhir dikatakan Ibrahim masih menunjukkan tanda-tanda yang cukup positif.
Meskipun pertumbuhan PDB pada kuartal sebelumnya menggembirakan, kemungkinan perlambatan akan menjadi lebih nyata pada kuartal ketiga tahun 2023.
Proyeksi pertumbuhan Indonesia untuk tahun ini berada di sekitar 5,1%, yang sesuai dengan tren pertumbuhan historis sebelumnya. Namun, ada potensi perlambatan ringan hingga mencapai angka 4,7% di tahun depan jika mempertimbangkan adanya hambatan eksternal seperti dampak dari kebijakan pengetatan moneter yang terus berlangsung.
Ibrahim menyebutkan, terdapat beberapa alasan di balik perlambatan pertumbuhan yang diharapkan terjadi pada kuartal ketiga tahun 2023. Salah satu faktor utamanya adalah perlambatan pemulihan ekonomi Tiongkok pasca pandemi, yang telah mengakibatkan penurunan yang signifikan dalam proyeksi pertumbuhan.
Hambatan utama lainnya adalah penurunan sektor ekspor pada tahun lalu, yang masih terus berlanjut. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh pergeseran permintaan global dari barang ke jasa.
Namun, ada harapan bahwa komposisi permintaan eksternal akan kembali normal pada paruh kedua tahun ini, yang memberikan prospek pertumbuhan yang lebih baik secara keseluruhan.
Indonesia saat ini memiliki salah satu tingkat suku bunga riil tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Kebijakan pengetatan moneter yang berkelanjutan dalam beberapa kuartal ke depan diperkirakan akan memberikan tekanan tambahan.
Dampaknya tidak hanya akan dirasakan dalam sektor investasi, khususnya di sektor konstruksi, tetapi juga pada pinjaman rumah tangga, yang dapat berdampak pada konsumsi swasta. Ini merupakan tantangan utama yang perlu diatasi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Dengan demikian, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan ekonomi, Indonesia tetap diharapkan untuk mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam situasi ekonomi yang dinamis ini.
Sementara itu, nilai kurs dolar AS mencapai puncak tertinggi dalam 11 bulan pada hari Selasa, 3 Oktober 2023. Hal ini dipicu oleh data ekonomi yang positif dari Amerika Serikat, yang memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve akan menjaga suku bunga tetap tinggi dalam waktu yang lebih lama.
Pada bulan September, sektor manufaktur AS menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang positif. Produksi meningkat dan lapangan kerja mulai pulih, sesuai dengan hasil survei yang dirilis pada hari Senin. Hasil survei tersebut juga mencatat penurunan drastis dalam harga bahan baku yang dibayarkan oleh pabrik-pabrik.
Riak-riak positif dalam data ekonomi AS selama beberapa pekan terakhir telah menguatkan harapan bahwa The Fed akan mempertahankan kenaikan suku bunga dalam jangka waktu yang lebih panjang. Beberapa pembuat kebijakan bahkan memperingatkan tentang kemungkinan pengetatan lebih lanjut jika laju inflasi tidak melambat sesuai perkiraan.
Imbal hasil obligasi Treasury AS juga meroket, didorong oleh rilis data optimis dan kesepakatan mendekati batas waktu yang menghindari penutupan pemerintah.
Menteri Keuangan Jepang, Shunichi Suzuki, menegaskan pada hari Selasa bahwa pihak berwenang mengawasi pasar mata uang dengan cermat dan siap mengambil tindakan jika diperlukan.
Di sisi lain, survei indeks manajer pembelian zona Euro pada hari Senin mengindikasikan bahwa permintaan terus menurun dengan tingkat penurunan yang jarang terjadi sejak pertama kali data tersebut dikumpulkan pada tahun 1997.(*)