phe
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, Blok Masela ditargetkan paling lambat akan berproduksi paling lambat Desember 2029.
Arifin mengatakan, sejak tahun 2020 saat Shell keluar blok ini mandek dan tidak memiliki progres atau kepastian kapan akan berproduksi. Sehingga dengan masuknya PT Pertamina (Persero) ke blok tersebut membuat ada kepastian yang selama ini ditunggu pemerintah.
"Memang pemerintah mengharapkan target tahun target 2030 capaian produksi 12 BSCFD itu kami harap 30 Desember 2029 Masela sudah berproduksi paling lambat," jelas Arifin dikutip dari TrenAsia jaringan Kabarsiger pada Sabtu, 5 Agustus 2023.
Untuk mencapai target yang sudah ditentukan itu, Arifin mengatakan bahwa pihaknya akan membetuk kelompok kerja atau working group yang nantinya akan membantu mencapai target yang diminta oleh pemerintah.
Hal senada juga sebelumnya diungkap Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati menargetkan Blok Masela dapat segera berproduksi (on stream) pada 2029.
Nicke mengatakan, target baru tersebut disusun usai Pertamina mengambil alih 20% saham Shell di Blok Masela. Adapun nilai akuisisi Pertamina dan Petronas atas hak partisipasi 35% mencapai US$650 juta atau Rp9,75 triliun (asumsi kurs Rp15.000 per dolar AS).
Setelah akuisisi ini Pertamina akan menyelesaikan Front End Engineering Design (FEED) selama kurang lebih 2 tahun, baru kemudian menyelesaikan Final Investment Decision (FID) sebelum tahun 2026.
Nicke berarap proses ini akan dilakukan secara cepat bahkan jika bisa sebelum 2026. Agar Blok Abadi Masela ini segera dapat on stream dan tak kembali tertunda lama. Target ini sangat optimistis mengingat target on stream yang telah ditetapkan Inpex dan Shell sebelumnya yaitu di tahun 2031-2032.
Sebelumnya, pagi tadi PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) resmi menandatangani perjanjian jual beli untuk akuisisi kepemilikan Shell Upstream Overseas Services Limited di Blok Masela.
Akuisisi ini dilakukan PHE bersama dengan BUMN asal Malaysia, Petroliam Nasional Berhad (Petronas). Hasil kesepakatannya, PHE dan Petronas masing-masing mengakuisisi saham milik Shell sebesar 20% dan 15%. (*)