Resmi Dikelola Pertamina dan Petronas, Apa Kabar Blok Masela?
Yunike Purnama - Minggu, 27 Agustus 2023 10:02JAKARTA - PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) resmi menandatangani perjanjian jual beli untuk akuisisi kepemilikan Shell Upstream Overseas Services Limited di Blok Masela.
Akuisisi ini dilakukan PHE bersama dengan BUMN asal Malaysia, Petroliam Nasional Berhad (Petronas). Hasil kesepakatannya, PHE dan Petronas masing-masing mengakuisisi saham milik Shell sebesar 20% dan 15%.
- Dukung Ketahanan Pangan, DIY Kembangkan Lumbung Mataraman Balong
- 9 Hal yang Dilakukan Orang-Orang dengan ‘Frugal Living’
- Golden Energy Mines (GEMS) Siap Bagikan Dividen Interim Rp846,93 Per Saham
Lalu bagaimana kelanjutan blok masela tersebut?
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro menerangkan, revisi rencana pengembangan atau plan of development (POD) harus segera diajukan hal ini sembari juga menyelesaikan perpindahan hak partisipasi.
"Jadi untuk update blok masela sekarang masih dalam proses revisi kedua dari pod nya itu sendiri," katanya di Jakarta pada Rabu, 23 Agustus 20023.
Hudi berharap rencana pengembangan blok masela bisa masuk pada Agustus ini. sehingga produksi tidak kembali tertunda lebih lama. pasalnya pemerintah setempat mentargetkan blok ini akan onstream pada 2029.
Sebelumnya,Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, Blok Masela ditargetkan paling lambat akan berproduksi paling lambat Desember 2029.
Arifin mengatakan, sejak tahun 2020 saat Shell keluar blok ini mandek dan tidak memiliki progres atau kepastian kapan akan berproduksi. Sehingga dengan masuknya PT Pertamina (Persero) ke blok tersebut membuat ada kepastian yang selama ini ditunggu pemerintah.
Untuk mencapai target yang sudah ditentukan itu, Arifin mengatakan bahwa pihaknya akan membetuk kelompok kerja atau working group yang nantinya akan membantu mencapai target yang diminta oleh pemerintah.
Informasi tambahan, wilayah kerja Masela berlokasi di Laut Arafura sekitar 650 Km dari Kepulauan Maluku dan 170 km dari Kepulauan Babar dan Tanimbar. Kontrak ditandatangani pada 16 November 1998 dan berakhir pada November 2028 (30 tahun).
Blok Masela sudah mendapatkan kompensasi waktu 7 tahun dan perpanjangan kontrak selama 20 tahun, sehingga kontrak akan berakhir pada 15 November 2055. Pemegang interest saat ini, Inpex Masela Ltd sebesar 65% atau sebagai operator, dan Shell Upstream Overseas Services Ltd sebesar 35%.
Telah disepakati kilang LNG akan dibangun di darat atau Pulau Yamdena dengan kapasitas produksi gas sebesar 9,5 million ton per annum (MTPA) atau 1.600 million standard cubic feet per day (MMSCFD) dan 150 MMSCFD (gas pipa), serta kondensat 35.000 barrels of condensate per day (BCPD).
- Berencana Pindah ke Bali? Berikut 5 Rekomendasi Kawasan Terbaik untuk Tinggal
- 6 Rekomendasi Wisata Populer di Magelang
- Kelola Limbah Pertanian, Pabrik Biogas (CBG) Mulai Dibangun di Lombok
Arifin mengatakan, Proyek Masela merupakan salah satu proyek besar yang akan menghasilkan kumulatif produksi dari 2027-2055 Gas 16,38 triliun standard cubic feet/TSCF (gross) atau 12,95 TSCF (sales), dan kondensat 255,28 million stock tank barrels (MMSTB).
Lapangan Abadi Blok Masela berpotensi menyerap hingga 10.000 tenaga kerja. Pengembangan Blok Masela diharapkan dapat membantu percepatan pengembangan area lokal sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan dapat menyerap tenaga kerja lokal. Hal ini tentunya akan berdampak langsung pada pengembangan ekonomi di wilayah Indonesia Timur.
Melansir laman resmi Shell, diketahui Pertamina dan Pertonas menggelontorkan dana sebesar US$650 juta atau Rp9,75 triliun (kurs Rp15.000 per dolar AS). Namun pembayaran akan dibagi dalam dua waktu, sebesar US$325 juta dalam bentuk tunai dengan tambahan jumlah kontingen sebesar US$325 juta yang harus dibayarkan saat keputusan investasi akhir (FID) diambil pada proyek gas Abadi.(*)