Popularitas Pembayaran Digital di Semester II 2021 Melesat

2022-03-08T13:35:12.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Yunike Purnama

Ilustrasi dompet digital.
Ilustrasi dompet digital.

BANDARLAMPUNG - Menginjak tahun ketiga pandemi Covid-19, aktivitas pembayaran digital masyarakat Indonesia terus melesat. Merujuk pada hasil riset Jakpat berjudul “Digital Payment Trends 2nd Semester of 2021” tren metode pembayaran secara online di semester II 2021 didominasi oleh platform dompet digital (87 persen), disusul Mobile Banking (53 persen).

Head of Research Jakpat, Aska Primardi, menjelaskan dompet digital masih menjadi metode pembayaran online paling populer di Indonesia, di mana segmen penggunanya beragam mulai dari Gen X, Y dan Z. Mobile Banking di sisi lain terus mengejar dengan mayoritas pengguna berasal dari Gen Z.

"Hasil survei yang melibatkan lebih dari 2.000 responden dalam Survei Jakpat juga menunjukkan bahwa transaksi pembayaran online paling banyak dilakukan oleh milenial di kota-kota besar Indonesia dan berasal dari ekonomi kelas menengah ke atas," kata Aska dalam keterangan tertulis dikutip Selasa, 8 Maret 2022.

Masih dari hasil penelitian yang sama, rata-rata responden mengaku menggunakan 2 jenis dompet digital dan 1 jenis Mobile Banking untuk bertransaksi online sepanjang tahun 2021.

“Dompet digital lebih mudah digunakan dibanding Mobile Banking, bisa top up tunai, membuat akunnya juga mudah, dan sering banyak promo,” ujar salah satu responden Jakpat.

Untuk kategori platform pembayaran digital, sebanyak 65 persen responden yang berpartisipasi dalam survei masih memilih DANA sebagai dompet digital favorit, disusul GoPay (49 persen), ShopeePay (44 persen), dan LinkAja (15 persen).

Aska menyebut keempat platform tersebut, khususnya GoPay, terus menunjukkan pertumbuhan positif selama 2021. Sedangkan untuk produk Mobile Banking, mayoritas responden mengaku paling sering menggunakan m-Banking milik BCA (29 persen), BRI (11 persen), BNI (9 persen) dan Livin' by Mandiri (9 persen).

Ketika digali lebih dalam, mayoritas responden mengaku menggunakan pembayaran online untuk belanja di marketplace (65 persen) dan membayar kebutuhan sehari-hari seperti membeli pulsa, token listrik, tagihan internet, dan BPJS (73 persen). Transaksi yang sebelum pandemi banyak dilakukan di toko offline, secara berangsur mulai bermigrasi ke lini online.

“Tidak bisa dipungkiri jika pandemi dan kebijakan ‘menjaga jarak’ punya andil besar dalam re-shaping kebiasaan konsumsi dan belanja masyarakat. Hal ini kemudian menjadi salah satu faktor utama naiknya popularitas pembayaran secara digital di Indonesia,” sambung Aska.

Keamanan, kemudahan, dan banyaknya program promosi dari penyedia layanan menjadi pertimbangan utama responden dalam memilih platform pembayaran digital.

Menurut Aska, fakta menarik lain yang mereka temukan dari riset tren pembayaran digital paruh kedua ini adalah besarnya animo responden terhadap diskon dan program promosi lainnya.

"Bisa jadi ini dipicu oleh semakin banyak dan ketatnya persaingan antar penyedia produk pembayaran digital di Indonesia,” tutup Aska. (*)