Pasar Tenaga Kerja AS Mendingin, Rupiah Balik Menguat

2023-10-06T08:38:45.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Ilustrasi
Ilustrasi

BANDARLAMPUNG - Nilai kurs rupiah ditutup berbalik menguat setelah mengalami pelemahan pada beberapa hari perdagangan sebelumnya seiring dengan pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang mendingin.

Menurut data perdagangan Bloomberg, Kamis, 5 Oktober 2023, nilai kurs rupiah ditutup menguat 16 poin di posisi Rp15.618 per-dolar AS.

Pada perdagangan sebelumnya, Rabu, 4 Oktober 2023, nilai kurs rupiah ditutup melemah 54 poin di level Rp15.634 per-dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, data yang dirilis pada hari Rabu, 4 Oktober 2023, menunjukkan bahwa pertumbuhan gaji swasta di AS pada bulan September jauh di bawah perkiraan, menandakan perlambatan di pasar tenaga kerja. 

"Gaji swasta AS meningkat jauh lebih kecil dari perkiraan pada bulan September, menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja di negara tersebut sedang mendingin," papar Ibrahim kepada wartawan, Kamis, 5 Oktober 2023.

Hal ini mengguncang keyakinan bahwa Federal Reserve akan segera menaikkan suku bunga lagi tahun ini. Akibatnya, imbal hasil Treasury AS turun dari level tertinggi dalam 16 tahun.

Sementara itu, data pada hari Kamis (5 Oktober 2023) menunjukkan bahwa ekspor Jerman turun 1,2% pada bulan Agustus dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Ini terjadi karena permintaan global yang lemah menghantam ekspor negara ini.

Kemudian, pada hari Rabu, 4 Oktober 2023, data menunjukkan bahwa penjualan ritel di zona Euro turun 1,2% pada bulan Agustus. Selain itu, Indeks Manajer Pembelian gabungan mengindikasikan kemungkinan resesi ekonomi pada kuartal terakhir tahun ini. Hal ini meningkatkan kekhawatiran akan resesi pada paruh kedua tahun ini.

Menteri Keuangan Shunichi Suzuki pada hari Rabu menolak memberikan komentar mengenai tindakan intervensi untuk mendukung nilai mata uang yen. Namun, ia kembali menekankan pentingnya stabilitas mata uang yang mencerminkan kondisi fundamental.

Dari dalam negeri, pemerintah Indonesia tetap optimis bahwa perekonomian negara ini akan terus tumbuh kuat dan inklusif di masa depan.

Berbagai faktor telah mendukung pertumbuhan ekonomi, termasuk peningkatan investasi publik dalam proyek-proyek strategis nasional dan pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Peningkatan intermediasi sektor keuangan, yang ditandai oleh pertumbuhan kredit perbankan, juga diharapkan akan mendukung aktivitas investasi.

Pertumbuhan ekonomi telah mencapai lebih dari 5% secara tahunan sejak kuartal keempat 2021 hingga kuartal kedua 2023, didorong oleh permintaan domestik dan peningkatan mobilitas ekonomi.

Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan oleh pembuat kebijakan di masa depan. Salah satunya adalah penurunan kinerja ekspor komoditas dan hasil manufaktur Indonesia, yang mengakibatkan penurunan 8 bulan surplus neraca perdagangan sebesar 30% secara tahunan.

Meskipun mata uang rupiah menguat, Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk bekerja sama dengan pemerintah dan otoritas terkait dalam upaya untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan ekonomi global yang melambat akibat inflasi tinggi akibat krisis invasi Rusia ke Ukraina yang terus berlanjut.

BI juga akan terus mengoptimalkan strategi kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Menurut Ibrahim, untuk perdagangan besok, Jumat, 6 Oktober 2023, nilai kurs rupiah berpotensi ditutup melemah di rentang Rp15.600-Rp15.650 per-dolar AS.(*)