Penulis:Yunike Purnama
Editor:Yunike Purnama
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat piutang perusahaan pembiayaan atau multifinance tumbuh sebesar 7,12 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp384,63 triliun pada Juli 2022.
“Juni 2021 kita masih sibuk dengan covid-19, tumbuhnya slowly load. Dan pada akhir Juni kemarin, tumbuh di angka 7,13 persen,” kata Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Nonbank (IKNB) 2B OJK Bambang W. Budiawan.
Ia menjelaskan, pertumbuhan ini didorong oleh pembiayaan jenis investasi yang tumbuh sebesar 20,5 persen (yoy) dan pembiayaan modal kerja yang tumbuh sebesar 22,6 persen (yoy) pada Juli 2022. Meskipun, pembiayaan multiguna masih terkontraksi sebesar minus 4,1 persen (yoy) pada Juli 2022.
Berdasarkan sektor, dia melanjutkan, capaian ini didorong oleh piutang ke sektor pertambangan yang tumbuh 52,1 persen (yoy), pertanian yang tumbuh 21,2 persen (yoy), manufaktur yang tumbuh 2,7 persen (yoy), serta transportasi dan gudang yang tumbuh 2,7 persen (yoy) pada Juli 2022.
Meskipun, ke sektor rumah tangga dan energi terkontraksi, masing-masing sebesar -6,0 persen (yoy) dan 38,9 persen (yoy) pada Juli 2022.
Dia mengatakan semua pihak yang ada dalam ekosistem perusahaan pembiayaan patut bersyukur dengan pertumbuhan yang terjadi di masa pemulihan ekonomi ini. Angka- angka itu, menurut dia, menunjukkan bahwa perusahaan pembiayaan masih sangat bisa diandalkan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi ke depan.
“Kita patut bersyukur, tumbuh segitu menunjukkan perusahaan pembiayaan masih bisa sangat diandalkan ke depan,” kata Bambang.
Dalam kesempatan ini, Bambang juga memaparkan laba perusahaan pembiayaan tumbuh sebesar 33,72 persen (yoy) menjadi sebesar Rp10,10 triliun dan aset tumbuh sebesar 4,50 persen (yoy) menjadi Rp451,96 triliun pada Juli 2022.
Dia melanjutkan sumber pendanaan perusahaan pembiayaan yang berasal dari dalam negeri, luar negeri maupun obligasi juga tumbuh 4,54 persen (yoy) menjadi sebesar Rp276,89 triliun pada Juli 2022.
“Indikator dari angka- angka ini menunjukkan minat dari investor asing terhadap perusahaan multifinance cukup tinggi ,” kata Bambang. (*)