Menilik Potensi Investasi Obligasi Domestik

2022-12-04T10:21:50.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Ilustrasi pergerakan IHSG di BEI.
Ilustrasi pergerakan IHSG di BEI.

BANDAR LAMPUNG - Instrumen investasi obligasi saat ini dinilai hadapi lebih banyak tantangan. Hal ini seiring pergerakan suku bunga dan harga obligasi terbalik, di tengah siklus kenaikan suku bunga.

Demikian disampaikan Direktur dan Chief Investment Officer, Fixed Income PT Manulife Aset Manajement Indonesia Ezra Nazula dikutip Minggu, 4 Desember 2022.

Ia menambahkan, untuk tidak boleh mengabaikan faktor lain yang juga berpengaruh. Ia menilai, saat ini pergerakan pasar obligasi Indonesia masih akan relatif bertahan didukung oleh fundamental makro ekonomi Indonesia yang baik. Selain itu, likuidias domestik yang masih tinggi. Demkian juga aksi jual investor asing terbatas.

“Aksi jual asing yang lebih terbatas karena kepemilikan semakin rendah kurang dari 15 persen, dan target penerbitan obligasi yang lebih rendah pada kuartal IV,” ujar dia.

Terkait waktu untuk mulai investasi di pasar obligasi, Ezra menuturkan, komunikasi yang terbuka dari bank sentral terkait kebijakan moneter yang akan ditempuh membuat pergerakan aset keuangan seperti imbal hasil obligasi menjadi lebih selaras dengan kondisi yang ada.

“Walaupun seberapa besar tepatnya informasi tersebut sudah tercermin pada harga sulit diukur karena ini adalah suatu kondisi yang berkesinambungan berubah sejalan dengan dinamika pasar,” kata dia.

Ezra mengatakan, ekspektasi yang sudah lebih selaras ini berpotensi mengurangi faktor ketidakpastian, kejutan dan volatilitas.

“Valuasi pasar saat ini sepertinya telah mempertimbangkan kondisi terburuk, contohnya imbal hasil UST naik ke level tertinggi sejak 2007 dan valuasi pasar saham Asia telah turun di bawah -1 standar deviasi (level yang sama tercapai ketika konflik dagang pada 2018 dan pandemi COVID-19 pada 2020). Kondisi ini tentu membuka peluang investasi yang menarik terutama bagi investor jangka waktu investasi panjang,” ujar dia.

Untuk menghasilkan kinerja portofolio yang optimal, Ezra mengatakan, pengelolaan akan didasari pada pendekatan top-down, analisis makro ekonomi global dan domestik, serta kekuatan analis bottom-up untuk pembentukan portofolio yang optimal. Adapun strategi investasi akan memperhatikan beberapa aspek antara lain:

1.Duration Management

Mengedepankan pengelolaan aktif dan stabilitas kinerja, di mana durasi portofolio akan sangat dinamis. Overweight atau underweight terhadap tolok ukur, bergantung dari tinjauan terhadap prospek pasar.

2.Security Selection

Melakukan penempatan pada tenor tertentu yang memberikan spread imbal hasil yang menarik.

3.Yield Enhancement

Memaksimalkan potensi imbal hasil pada porsi kas portofolio dengan menempatkan pada obligasi korporasi tenor kurang dari satu tahun dengan tingkat kelayakan kredit yang kuat dan terpercaya.

“Di samping itu kami juga terus mencermati likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali,” kata dia. (*)