Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan kenegaraan Kaisar Jepang Naruhito di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat pada Senin, 19 Juni 2023. Kunjungan Kaisar Jepang Naruhito merupakan yang pertamanya semenjak naik takhta pada Mei 2019.
Jokowi berharap dari kunjungan kenegaraan ini dapat memperkokoh pondasi persahabatan antara masyarakat Indonesia dan Jepang. Bagi Indonesia, Jepang merupakan negara mitra dagang terbesar dalam hal ekspor-impor Indonesia. Lalu, bagaimana neraca perdagangan Indonesia Jepang?
Berdasarkan data BPS neraca perdagangan Jepang dari 2019, tercatat mengalami defisit pada angka US$341,4 juta, lalu 2020 pada kisaran US$2,99 miliar. Sedangkan, pada 2021 baru naik menjadi US$3,21 miliar.
Hal ini ditopang nilai ekspor Jepang pada 2019 menyentuh angka US$16 juta, lalu 2020 sempat menurun diangka US$13,6 juta dan 2021 naik kembali diangka US$17,8 juta. Sementara untuk impor Jepang pada 2019 sebesar US$15,6 juta. Sedangkan untuk 2020 pada angka US$10,6 juta dan 2021 naik menjadi US$14,6 juta.
Nilai Investasi Jepang
Adapun Berdasarkan laporan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), nilai investasi Jepang di Indonesia sepanjang 2022 sebesar US$3,56 miliar dengan 4.220 total proyek. Besaran nilai investasi Negeri Sakura ini menempati peringkat keempat terbesar pada tahun lalu, di bawah Singapura, Tiongkok, dan Hong Kong.
Jika dilihat perkembangan realisasi investasi Jepang dibagi berdasarkan 3 sektor yaitu primer, sekunder, dan tersier. Primer ada industri tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan dengan total 15 proyek diangka US$7 juta.
Kemudian, terdapat enam proyek pada sektor kehutaan dengan nilai US$17,51 juta dan ketiga pada sektor perikanan senilai US$1,83 juta atau sebanyak 31 proyek.
Untuk sektor sekunder, tiga terbesar adalah industri makanan Jepang menaruh realisasi investasinya dengan 143 proyek dengan nilai US$66,62 juta. Lalu industri tekstil dengan 101 proyek pada kisaran US$50,18 juta. Terakhir industri barang dari kulit dan alas kaki 12 proyek pada angka US$1,66 juta.
Sementara untuk sektor tersier ada realisasi investasi di listrik, gas dan air yang menempati urutan pertama dengan 21 proyek dengan nilai US$768.000, disusul konstruksi dengan 80 proyek di angka US$5,43 juta. Lalu perdagangan dan reparasi 1168 proyek dengan nilai US$74,82 juta.
Sedangkan, neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2019 mengalami defisit US$3,2 miliar. Pada 2020 hantaman pandemi COVID-19 US$21,7 miliar. Neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2022 mencatatkan surplus tertinggi dalam sejarah yakni sebesar US$54,46 miliar.
Proyek Strategis Jepang di Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pertemuan dengan CEO MMC, Takao Kato, di Tokyo Jepang pada Juli 2023 mengatakan, Mitsubishi Motor Corporation (MMC) dipastikan bakal menanamkan modal untuk produksi mobil listrik di Indonesia senilai Rp10 triliun.
Airlangga menyebut, Indonesia merupakan pangsa pasar besar bagi Mitsubishi. Bahkan, penjualan di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan pasar Jepang.
Lalu kelanjutan Pelabuhan Patimban, yang dibagi menjadi tiga tahap yakni Tahap 1 pada 2018-2023 dibiayai melalui Loan JICA sebesar Rp14 triliun dan Rp 9,5 triliun. Dilanjutkan pada Tahap 2 di tahun 2024-2025 dengan estimasi biaya sebesar Rp7,58 triliun untuk pengembangan Terminal Peti Kemas.
Proyek MRT Jakarta Fase 2 (Bundaran HI - Depo Ancol Barat) dengan total Pinjaman Fase 2 sebesar US$1,89 miliar dan tambahan sisa dari pinjaman Fase 1 sebesar JPY48,47 Miliar.
Rencana pembangunan Proving Ground di Bekasi, di lokasi Balai Pengujian Laik Jalan & Sertifikasi Kendaraan Bermotor. Proyek melalui skema KPBU, dengan nilai capex sebesar US$121,28 juta atau sekitar Rp1,81 triliun.(*)