Indonesia
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
BANDARLAMPUNG - Saat ini Indonesia tengah menghadapi fenomena alam El Nino yang mengakibatkan meningkatnya suhu menjadi lebih panas dan kering di kala musim kemarau.
Fenomena alam ini turut berakibat pada curah hujan yang turun juga menjadi sedikit. Hal ini berdampak pada produktifitas pangan dan pertanian yang terancam gagal panen apabila dilanda cuaca panas dan stok pengairan yang menipis. Lantas mengapa fenomena El Nino ini bisa terjadi?
Istilah El Nino berasal dari bahasa Spanyol yang artinya "anak laki-laki". El Nino-Southern Oscillation (ENSO) kemudian didefinisikan sebagai anomali pada suhu permukaan laut di Samudra Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya.
Iklim di Samudra Pasifik sendiri dibagi menjadi tiga yaitu Fase Netral, Fase El Nino, dan Fase La Nina, dilansir dari laman BMKG, Jumat 4 Agustus 2023. El Nino terjadi di Indonesia karena angin pasat yang biasa berhembus dari timur ke barat melemah atau bahkan berbalik arah.
Dalam kondisi ini, pertumbuhan awan turut bergeser dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik bagian tengah sehingga Indonesia mengalami peningkatan risiko kekeringan menyebabkan berkurangnya curah hujan.
Fenomena El Nino rata-rata terjadi setiap 3 sampai 5 tahun dengan interval antarperistiwa bervariasi dari 2 hingga 7 tahun. Fenomena alam ini biasanya terjadi sekitar 9-12 bulan.
Namun, beberapa kejadian El Nino bisa berlangsung lebih lama tergantung dari intensitasnya. El Nino yang melanda Indonesia saat ini terjadi setelah 3 tahun beruntun Indonesia diterpa fenomena La Nina sejak 2020, 2021, hingga terakhir 2022.
Punya Keunikan
Fenomena El Nino yang terjadi pada tahun ini memiliki keunikan dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini karena puncaknya diduga bakal terjadi akhir September atau awal Oktober 2023, tidak pada bulan November/Desember seperti pada umumnya.
Selain itu, durasinya pun tergolong relatif pendek karena diprediksi berakhir awal tahun 2024, merujuk data BRIN. El Nino tahun ini cenderung menuju moderat atau bahkan netral dengan nilai 0-1,5, sehingga memiliki dampak yang kurang signifikan.
Meskipun demikian, warga tetap perlu waspada terhadap kehadirannya karena El Nino 2023 diperkirakan akan stabil atau konstan dari akhir Agustus hingga akhir Desember 2023 dengan tingkat probabilitas yang relatif tinggi, antara 90-100%.
Adanya El Nino menyebabkan pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan 500 ribu hektare lahan untuk sarana produksi pertanian dan pangan. Langkah itu diambil untuk mengantisipasi menurunnya produksi pangan selama El Nino. Lahan pertanian tersebut tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Terdapat beberapa provinsi yang memberikan kesiapannya dalam memberikan lahan produksi untuk digunakan sebagai konsentrasi produksi pangan apabila terjadi masalah terkait stok pangan dampak dari fenomena alam tersebut. Wilayah itu meliputi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.(*)