Kreatifitas Diperlukan untuk Kurangi Sampah

2023-10-05T16:48:22.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

IMG_3006.webp

BANDARLAMPUNG - Isu polusi plastik telah menjadi fokus perhatian global yang mendalam karena limbah plastik merupakan ancaman nyata bagi lingkungan di seluruh dunia. Tidak terkecuali Indonesia yang juga menghadapi sejumlah masalah serius terkait sampah plastik.

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2022, sampah plastik menduduki peringkat kedua dalam komposisi sampah nasional, mencapai 18,2%. Budaya "throw away society" atau pemakaian barang sekali pakai terus berkembang di Indonesia, yang memicu permasalahan ini.

Indonesia telah berusaha mengatasi polusi plastik dari hulu hingga hilir. Di tahap hulu, Peraturan Presiden (Perpres) No. 83 Tahun 2018 menetapkan target pengurangan sampah plastik hingga 70%.

Di tahap hilir, kampanye-kampanye mengenai pengurangan sampah, penerapan ekonomi sirkular, dan penurunan emisi plastik menjadi sorotan. Ini melibatkan praktik daur ulang (recycling) dan upcycling untuk memaksimalkan penggunaan kembali plastik.

“Kreativitas itu diperlukan ketika berkomitmen mengurangi sampah—konsumen pun memiliki kekuatan untuk mengubah preferensi produsen untuk mencapai komitmen tersebut,” ucap Jessica Halim, aktivis lingkungan  pendiri Demibumi, dilansir dari ui.ac.id, Rabu, 4 Oktober 2023.

Dampak dari masalah ini meluas hingga ke pengelolaan sampah plastik di tempat pembuangan akhir (TPA). Permasalah di TPA terjadi karena ketidaktersediaan pemisahan sampah sejak awal, termasuk sampah organik, anorganik, dan sampah limbah berbahaya (B3). Pemilahan sampah yang tidak memadai juga mengganggu proses pengolahan sampah organik, seperti sisa makanan, yang seringkali terhambat.

Kesulitan lain yang muncul adalah dampak tersembunyi seperti pencemaran air, tanah, bencana longsor, bahkan kebakaran di TPA. Kejadian-kejadian ini bahkan telah menyebabkan kerugian harta benda dan bahkan menyebabkan kematian yang signifikan.

Tantangan tersembunyi ini juga membayangi ekosistem, dari sungai hingga laut, yang selanjutnya akan memengaruhi manusia. Oleh karena itu, diperlukan komitmen bersama, bukan hanya dari pemerintah, tetapi juga partisipasi aktif masyarakat dalam menangani polusi plastik.

Meskipun permasalahan polusi plastik di Indonesia masih kompleks, komitmen untuk mengatasinya terus berkembang. Kerja sama lintas sektor, peningkatan kesadaran masyarakat, dan ketentuan hukum yang lebih ketat menjadi faktor kunci dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan ekosistem untuk generasi mendatang.(*)